Batal Kuliah Komputer, Mesty Ariotedjo Sukses Jadi Dokter dan Pendiri Wecare.id

By Aghnia Hilya Nizarisda, Senin, 19 Agustus 2019 | 20:00 WIB
Jadi Dokter, Mesty Ariotedjo Ternyata Malah Ingin Kuliah Komputer (Hakim Satriyo/ Dok. Pribadi Mesty)

NOVA.id - Nama Mesty Ariotedjo melejit saat ia sukses menjadi model dan brand ambassador berbagai brand terkenal.

Lantas, kita juga mengenal Mesty Ariotedjo lewat permainan harpanya yang memukau dan mencuri perhatian. 

Namun, siapa sangka di balik profesinya sebagai dokter dan semua hal yang kita ketahui tentangnya, Mesty Ariotedjo menyimpan cita-cita lain.

"Sebenarnya dari dulu cita-cita saya masuk Teknologi Informatika (atau Information Technology, IT -red.)," ujar Mesty semangat saat ditemui di sela-sela kesibukannya bertugas di RSCM Kencana, Jakarta Pusat.

Baca Juga: Asyik Joget di Istana hingga Tak Mau Difoto, 5 Aksi Jan Ethes Ini Sukses Bikin Gemas!

"Kebetulan waktu SMP, saya suka lomba kayak web programming, web development, game programming, visual basic, dan html.

"Dulu itu saya suka sekali coding,” sambung Mesty.

Mesty antusias menceritakan rasa sukanya akan teknologi sejak kecil.

Rupanya, ibu satu anak ini mengakui kalau sejak sekolah dasar dia sangat menyukai komputer.

Bahkan, saat seragamnya masih putih merah, meski teknologi internet belum seluas dan secanggih sekarang, Mesty sudah akrab dengan salah satu aplikasi chatting, mIRC.

Baca Juga: Bulan Madu di Bali, Fadel Islami Pamer Candle Light Dinner Romantis dengan Muzdalifah

Akrab dengan mIRC tidak membuat perempuan 30 tahun ini sekadar pemakai teknologi, dulu Mesty juga sudah bisa membuat website dan blog sendiri. 

Tak heran jika Mesty mengaku kepenginan masuk kuliah IT.

Inilah fakta-fakta menarik soal Mesty Ariotedjo (G.M.Aryodhia P.S/ Dok. NOVA)

"Cuman sama orangtua, saya dibilang harus kuliah di Jakarta. Sedangkan kalau IT itu saya maunya di ITB, Bandung. Enggak boleh walau deket.”

Model, bisa main harpa, mau kuliah komputer, apa lagi nih, ya?

“Dulu saya suka kimia, mau masuk Teknik Kimia. Terus saya mau jadi guru, tapi kuliahnya di IKIP jauh juga.”

Waw! Perempuan bernama lengkap Dwi Lestari Pramesti Ariotedjo ini memang punya banyak keinginan, tapi menjadi dokter malah tak pernah ada dalam rencananya.

Baca Juga: Tolak Tawaran Film dan Sinetron di Indonesia, Putra Tampan Marini Zumarnis Justru Sukses di Panggung Teater Melbourne

Lantas dengan gelora anak muda yang penuh percaya diri, Mesty memutuskan untuk masuk ke jurusan yang dinilainya paling susah, Fakultas Kedokteran, Univeritas Indonesia.

Pertimbangan Mesty, selain kerjanya sudah jelas, profesi dokter memberikan manfaat ke orang lain, seperti guru (yang diinginkannya juga dulu).

Baca Juga: Tuai Pro dan Kontra Netizen, Iis Dahlia Sebut 3 Tipe Pedangdut yang Dianggap Susah Laku di Pasaran

Halangan yang dialami Mesty dengan jurusan yang diambilnya adalah bahwa dia sangat benci biologi.

Saking tak sukanya, saat kuliah Mesty berniat cukup menjadi dokter umum.

Padahal, sekarang Mesty sedang menyelesaikan studi S-2 jurusan dokter spesialis anak yang diambilnya empat tahun lalu.

Lantas, apa yang mengubah pikirannya?

Baca Juga: Tak Kaget Mulan Jameela Hamil Anak Ahmad Dhani, Maia Estianty: Udah Lama!

Berkat Magang di Flores

Pengalaman sebagai dokter magang di Flores yang harus bertanggung jawab atas satu rumah sakit meruntuhkan keputusannya untuk sekedar menjadi dokter umum.

Ia menyadari profesi dokter itu belajar seumur hidup.

Tiap ada kasus, ia mempelajari hal baru lagi. Pasalnya, di sana, tidak ada dokter spesialis.

"Saya yang melahirkan bayi, jahit luka abis lahiran. Ada kecelakaan, saya yang jahit lukanya.

"Saya baru merasa menyenangkan sebagai dokter sesungguhnya ketika sudah dipraktekkan,” kisah Mesty.

Baca Juga: Teka-Teki Momongan Syahrini dan Reino Barack, Denny Darko Sudah Ramalkan Jenis Kelaminnya!

Saat ditanya kenapa spesialis anak, Mesy mengaku, “Entah kenapa kalau sampai jam 3-4 pagi yang datang pasien anak tuh saya semangatnya ada banget.

"Ada tenaga terus pengin banget merawat anak ini sampai sehat. Kalau orang dewasa, saya kurang passion,” ungkapnya.

Toh, bagi Mesty, dengan menjadi dokter anak, secara tak langsung ia mewujudkan cita-citanya sebagai guru.

Sebab, setiap bertemu orangtua pasien, ia tak hanya memberi edukasi soal kesehatan, melainkan semua aspek seperti bagaimana mendidik hingga perkembangannya.

Baca Juga: Risikonya Begini ke Kondisi Tubuh Kalau Berani Buang Daun Singkong dari Nasi Padang!

Flores pun jadi alasan di balik startup yang didirikannya empat tahun lalu, WeCare.id.

Dari cerita Mesty, awalnya WeCare.id hanya dikerjakan oleh dua orang yiatu Mesty sendiri dan rekannya, Gigih Septianto yang ahli IT.

Berdua mereka memulai situs WeCare.id yang dibangun untuk mengumpulkan dana kesehatan bagi pasien kurang mampu di daerah terpencil.

“Di awal, saya harus cari rekan dokter, dan setiap teks yang ada di website itu saya yang menulis, ilustrasi pasien, kasus pasiennya, kemudian template About Us. Pokoknya semua di halaman website itu tulisan saya,” ceritanya.

Baca Juga: Tak Pernah Terekspos Media, Ini Potret 2 Kakak Kandung Roger Danuarta yang Hadir ke Pernikahan Sang Adik

Berkat kemampuan dasar soal komputer dan bantuan suami yang bekerja di startup, Mesty tak hanya bisa memberikan masukan tapi menyesuaikan konsep dan kontennya.

Menariknya, di titik inilah Mesty yang punya seabrek keinginan dan mimpi akhirnya menyadari sesuatu.

“Saya akhirnya merasa bahwa hidup ini memilih mana yang kita prioritaskan. Kita enggak bisa ngerjain semuanya.

"Lebih baik saya ahli di satu hal dibanding bisa semuanya tapi rata-rata. Makanya saya lebih milih fokus ke spesialis anak,” jawab Mesty mantap.

Baca Juga: Dinikahi Pengusaha dan Kini Punya Bisnis Sendiri, Bella Shofie Justru Punya Hunian dengan Ruang Makan yang Sederhana

Mesty mengakui studi yang sedang diselesaikannya kini jadi tantangan terbesar dalam menjalankan WeCare.id.

Pasalnya, Mesty baru bisa full-time pada startup-nya setelah ia menyeleaikan pendidikan spesialis sembari praktik sebagai dokter anak.

Harus Tinggalkan Anak

Di balik perjuangannya sebagai calon dokter spesialis anak, masih ada satu dilema yang dialami Mesty, yang selalu membuatnya pusing.

Baca Juga: Putranya Habiskan Puluhan Juta untuk Main Game Online, Inul Daratista Ungkap Curahan Hatinya

Pasalnya, pendidikan dan kesibukan sebagai dokter mau tak mau mengharuskan Mesty meninggalkan buah hatinya, Gallendra Madana Juanda.

“Saya tahu pentingnya 1.000 hari pertama perkembangan anak, di mana anak saya sedang mengalami fase itu.

Tetapi saya tidak 100% ada di sana dengan anak saya, tentu itu sesuatu yang sangat berat dan terkadang saya ingin mundur,” aku Mesty.

Namun pikiran itu segera dihilangkannya ketika ia yakin anaknya di rumah aman bersama keluarga yang lain, dan di rumah sakit ada banyak pasien yang membutuhkannya.

Baca Juga: Pakai Kebaya Kurung Saat Upacara Kemerdekaan ke-74 RI, Annisa Pohan: Kain Brokatnya Spesial dari Memo

Mesty percaya, anaknya akan selalu dilindungi Tuhan.

Toh, Mesty bilang, “Saya selalu konsisten dan komitmen ketika di rumah, saya full sama anak dan tidak memegang gawai untuk pekerjaan.

Terutama hari libur dan weekend, saya selalu in-charge 24/7 sama anak saya. Di situ waktu saya bonding sama anak.”

Untungnya sang suami, Garri Juanda, memahami dan mendukung Mesty menyelesaikan studinya.

Baca Juga: Dirawat di Rumah Sakit, Sonny Septian Kabarkan Kondisi Terkini Fairuz A Rafiq

 

Bahkan, diakui Mesty, Garri sangat membantunya di rumah dan tak menuntut Mesty untuk jadi ibu rumah tangga yang harus mengurus baju atau makanannya.

Every one has their own battle.

"Setiap orang dalam setiap langkah pasti selalu ada cobaan, tapi selama yakin kita melakukan hal baik dan berusaha yang terbaik, maka itu akan membuat kita yakin bahwa kita di jalan yang benar,” pungkas Mesty.

Pertarungan Mesty tak berhenti sampai resmi jadi dokter anak, targetnya ialah setiap orang mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal.

Baca Juga: Setelah Resmi Menikah, Cut Meyriska dan Roger Danuarta Justru Pilih Tinggal di Rumah Orang Tua

Meskipun Mesty menegaskan, jadi istri dan ibu tetaplah prioritas nomor satu.

Sungguh bukan hanya anaknya yang yakin dilindungi Tuhan, tetapi juga dirinya.

Mesty sudah menjadi bukti kalau perempuan bisa merdeka menjalani peran sebagai ibu sekaligus perempuan bekerja.

Apakah Sahabat NOVA terinspirasi untuk mengikuti jejaknya? (*)