NOVA.id - Kamis, (19/09) terjadi gempa yang mengguncang Laut Jawa.
Gempa ini terjadi sebanyak dua kali, pertama pada pukul 14.06 WIB dengan magnitudo 5.6, dan gempa kedua terjadi pada 14.31 dengan kekuatan yang lebih besar, yaitu magnitudo 6.0.
Gempa pertama berlokasi di laut pada jarak 88 km arah timur laut Kota Rembang, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, dengan kedalaman 620 km.
Baca Juga: Naomi Zaskia Ulang Tahun ke-23, Sule Unggah Foto Sang Kekasih yang Memakai Mukena dan Ucap Doa
Gempa kedua berlokasi di laut pada jarak 75 km arah timur laut dengan jarak 75 km arah timur laut kota Rembang dengan kedalaman 623 km.
Gempa ini dirasakan hampir di sepanjang pulau Jawa, seperti Bandung, Malang, Madura, Cilacap, Yogyakarta, Lumajang, Surabaya, bahkan hingga Denpasar, Mataram, Lombok Barat, dan Bima.
Gempa tersebut berpotensi menimbulkan tsunami.
Dikutip dari infobmkg, gempa dipicu oleh adanya deformasi batuan pada slab lempeng Indo-Australia.
Hal ini melihat dari lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya termasuk dalam gempa dalam (deep focus earthquake).
BMKG juga menyatakan bahwa gempa tersebut merupakan fenomena alam yang langka.
Hal ini disebabkan hiposenternya yang dalam sehingga spektrum guncangan dirasakan dalam wilayah yang luas.
Karena hiposenternya cukup dalam, energinya pun sudah melemah ketika sampai di permukaan bumi.
Baca Juga: Unggah Hasil USG Usia Kehamilan 18 Minggu, Shandy Aulia: Bayinya Malu-Malu
Lebih jauh, Kepala Bidang Data dan Informasi Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Iman Fatchurochman memberikan gambaran kenapa gempa itu bisa terasa hingga jarak yang cukup jauh.
"Iya betul ini gempanya gempa dalam, jadi gempanya di 600 km lebih sehingga ini seperti senter (lampu).
Senter itu bentuknya cahayanya dia kerucut ke belakang. Jadi semakin jauh semakin luas kan senter itu," kata Iman dikutip dari Kompas.com.
"Semakin dalam maka dia dampaknya semakin luas. Dan semakin dangkal semakin kecil dampaknya (luasan)," sambungnya. (*)
(*)