Film Joker Diberi Rating R dan 17+, Ini Efek Buruk yang Bisa Terjadi Pada Anak-Anak Jika Tetap Nekat Nonton

By Alsabrina, Minggu, 6 Oktober 2019 | 18:00 WIB
Joker (Tangkap Layar YouTube Joker - Final Trailer)

NOVA.id - Apakah Sahabat NOVA telah memiliki acara untuk weekend kali ini? Bagi kebanyakan orang, ada yang memilih menonton bioskop bersama dengan orang yang terkasihi sebagai cara untuk quality time.Ya, ini menjadi alternatif yang mudah dilakukan. Terlebih banyak film bagus yang tayang pada bulan ini. Salah satu film yang masuk dalam jajaran box office adalah Joker.

Baca Juga: Film Bebas Punya Kisah Seperti Ada Apa dengan Cinta? Ini Kata Mira LesmanaSayangnya, film yang digarap Warner Bros Pictures ini disarankan untuk tak ditonton bareng dengan anak-anak di bawah usia 17 tahun.Dilansir dari situs Lembaga Sensor Film (LSF), lsf.go.id, film layar lebar Joker diklasifikasikan untuk penonton umur 17 tahun ke atas. Begitu pula di Amerika Serikat, Motion Picture Association of America (MPAA) memberi film ini rating R atau Restricted (terbatas).

Baca Juga: Sekarang Kita Bisa Nonton Film Lewat GoPlay dari Gojek, Keren!

Di Indonesia, peringatan agar anak tidak menonton film Joker disampaikan lewat berbagai media, termasuk media massa cetak dan elektronik. Sayangnya, banyak anak justru ingin menonton filn tersebut karena penasaran. Nah, menonton film dengan rating R ternyata punya dampak buruk bagi anak, lo. Apa saja dampaknya?

Psikolog anak dan keluarga, Samanta Ananta, M.Psi menyebutkan, ada sejumlah dampak psikologis yang akan diterima anak jika menonton film kategori restricted tersebut seperti yang NOVA.id kutip dari Kompas.com.

Baca Juga: Nonton Film tentang Perceraian, Laudya Cynthia Bella Tidak Bisa Tahan Nangis hingga Matanya Bengkak!1. Trauma tidak langsung Anak mungkin saja belum siap untuk melihat adegan-adegan mengerikan atau kalimat yang membutuhkan pemahaman lebih dalam film tersebut. Akibatnya, anak tidak mampu memahami dan menganalisa film, sehingga hanya fokus pada adegan yang diperlihatkan dalam film. "Penyerapan yang diambil dari film tanpa ada diskusi lebih lanjut dengan orang dewasa pun akan meninggalkan jejak trauma tidak langsung di sistem otak anak," kata Samanta kepada Kompas Lifestyle, Jumat (4/10/2019) yang dikutip NOVA.id. Beberapa dampak yang terjadi sebagai bentuk trauma di antaranya mimpi buruk, anak mengalami kecemasan, ketakutan, dan dampak terburuk adalah emosi serta pola pikir tokoh dalam film memengaruhi kehidupan mereka di kemudian hari.

Baca Juga: BJ Habibie Punya Keinginan Terakhir untuk Film Habibie & Ainun 3, Manoj Punjabi: Sayangnya Itu Tak Tersampai

2. Meniru tingkah laku dalam film Ketika emosi dan pola pikir tokoh dalam film sudah memengaruhi anak, dikhawatirkan perilaku anak secara tidak disadari ikut terpengaruh. Apalagi jika anak hanya memahami film lewat visual, bukan dari analisa adegan atau tokoh-tokoh di dalamnya.Padahal, sebuah film diberi kategori restricted karena di dalamnya mengandung unsur kekerasan berdarah-darah, perilaku mengganggu, bahasa, dan/atau gambaran seksual singkat.

Baca Juga: Perankan Joker, Berat Badan Joaquin Phoenix Turun Drastis dalam Waktu Singkat"Anak bisa tiba-tiba bertingkah laku atau mengimitasi sifat buruk dari tokoh di film dalam kehidupan sehari-hari," ucap Samanta.Oleh karena itu, sebaiknya orangtua mampu memberi pengertian mengapa film itu tidak boleh ditonton oleh anak dan menjelaskannya secara rasional. Wawasan orangtua tentang film juga sangat penting dalam hal penyampaian kepada anak. Selain dapat menceritakan tentang tokoh-tokoh dalam film tersebut, orangtua juga lebih bisa memilih cara penyampaian yang asyik dan mudah diterima oleh anak.

Baca Juga: Ingin Pertahankan Hutan Adat, Film Dokumenter Bara Angkat Kisah Iber Djamal di Pedalaman Kalimantan

 

 

Hal terpenting, buatlah suasana menjadi tidak terlalu formal dan kaku. "Ini dapat diceritakan dalam suasana yang informal agar dapat diterima oleh anak lebih legowo," katanya.Jika anak sudah terlanjur menonton film dengan kategori "R" tersebut, amatilah perubahan perilaku anak dalam rentang waktu enam bulan setelahnya.

Baca Juga: Diam-Diam, Syahrini Justru Terciduk Kirim Hadiah Spesial untuk Sahabat Luna Maya!Jika ada perubahan perilaku yang menetap selama enam bulan, segeralah membawa anak untuk berkonsultasi dengan psikolog. Pastikan perubahan perilaku tersebut tetap berada pada batas normal. Anak mungkin membutuhkan pertemuan berikutnya, jika memang terlihat ada indikasi perubahan perilaku yang tidak normal.

Baca Juga: Cantiknya Tak Pernah Lekang oleh Waktu, Nadya Hutagalung Blak-blakan Soal Operasi Plastik"Pertemuan berikutnya dapat dilakukan jika dirasakan perlu oleh psikolog setelah pertemuan pertama dengan orangtua," kata Samanta. (*)Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Efek Buruk Membiarkan Anak Nonton Film Rating "R"