Diabetes Rentan Menyerang Masyarakat Perkotaan, Ini Alasannya

By Tentry Yudvi Dian Utami, Senin, 18 November 2019 | 08:00 WIB
Duh, Masyarakat Perkotaan Lebih Mudah Terkena Diabetes, Kenapa? (Istock)

NOVA.id  - Seiring perubahan gaya hidup, beragam penyakit kronis seperti penyakit diabetes pun mudah menyerang kita.

Tak heran, jika orang Indonesia pun banyak menderita diabetes.

Menurut data International Diabetes Federation Atlas pada tahun 2017 Indonesia adalah rumah bagi 10,3 juta orang hidup dengan diabetes.

Baca Juga: Jelang Hari Diabetes Sedunia, Inilah Fakta Penyakit dan Cara Mengobati Diabetes

Diperkirakan jumlahnya akan meningkat sebanyak 60% pada tahun 2045 menjadi 16.7 juta jiwa, dan menempati peringkat ke 7 di dunia.

Fakta ini juga didukung oleh hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, yang menunjukkan prevalensi diabetes di Indonesia meningkat dengan sangat cepat.

Sebelumnya (tahun 2013) angka prevelensi diabetes berdasarkan pemeriksaan darah pada penduduk umur di atas 15 tahun adalah 6,9%, di tahun 2018 angka itu melonjak menjadi 8,5%.

Baca Juga: 4 Manfaat Konsumsi Almond Tiap Hari, Buat Anak Cerdas hingga Obati Diabetes

()

Diabetes adalah kondisi kronis di mana kadar gula darah meningkat karena tubuh seseorang tidak dapat memproduksi insulin atau menggunakannya dengan benar.

Gula darah tinggi dapat menyebabkan komplikasi diabetes, yang mengakibatkan kerusakan serius pada hati, jantung, ginjal, dan organ lainnya, serta kebutaan, amputasi anggota badan, dan stroke. 

Rendahnya kesadaran akan deteksi dini adalah penyebab utama orang enggan melakukan pemeriksaan medis rutin. Ini khususnya terjadi di kota perkotaan seperti Jakarta, meskipun faktanya fasilitas kesehatan primer atau Puskesmas yang mudah diakses di banyak lokasi,” jelas dr. Dicky Levenus Tahapary, Sp.PD, Ph.D, dari PERKENI Jaya. 

Baca Juga: Amankah Penderita Diabetes Konsumsi Buah Leci? Ini Kata Ahli

Kebanyakan orang takut mengetahui bahwa mereka menderita penyakit tertentu dalam hasil pemeriksaan kesehatan mereka.

Buktinya, 52% pasien dengan diabetes sudah memiliki komplikasi ketika didiagnosis.

“Komplikasi diabetes berimplikasi tidak hanya pada kualitas hidup pasien, tetapi juga menambah beban biaya kesehatan,” tambah dr. Dicky.

Rata-rata biaya yang harus dikeluarkan per pasien per tahun adalah Rp5,7 juta (tanpa komplikasi) dan Rp14 juta jika sudah memiliki komplikasi.

Baca Juga: Perempuan Banyak Lembur Bisa Tingkatkan Risiko Diabetes? Benarkah?

Total biaya yang dikeluarkan JKN untuk membiayai pasien diabetes adalah triliun rupiah.

Tantangan lain dalam pengelolaan diabetes adalah jumlah dokter dan dokter spesialis di fasilitas kesehatan yang tidak sebanding dengan banyaknya jumlah pasien.

Rachmad Wishnu Hidayat, Sp.KO dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga, menambahkan, faktor gaya hidup sangat menentukan perkembangan diabetes.

Baca Juga: Sering Diabaikan, Ini 5 Faktor Penyebab Kolesterol Tinggi, Salah Satunya Diabetes!

Mayoritas masyarakat perkotaan saat ini sangat kurang bergerak, ditambah mengonsumsi makanan tinggi kalori sehingga meningkatkan risiko diabetes.

“Aktivitas rutin minimal 30 menit sehari, 5 hari dalam seminggu, merupakan pilar penting pencegahan diabetes dan pengelolaan diabetes. Olahraga membantu gula diserap secara efisien oleh otot sehingga membantu menurunkan kadar gula dalam darah,” jelas dr. Rachmad.

Oleh karena itu, dalam rangka memperingati Hari Diabetes Sedunia Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta menyelenggarakan deteksi dini Diabetes Melitus terhadap civitas akademika di Universitas Yarsi melalui kegiatan Posbindu.

Baca Juga: Minum Kopi Setiap Hari Bisa Turunkan Berat Badan dan Sembuhkan Diabetes? Benarkah?

Kegiatan ini juga sebagai bagian dari rangkaian program Cities Changing Diabetes (CCD) yang dipelopori oleh Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dan Novo Nordisk Indonesia. 

Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) adalah kegiatan monitoring dan deteksi dini faktor risiko penyakit tidak menular (PTM) yang dikelola oleh masyarakat melalui pembinaan terpadu.

Kegiatan ini dikembangkan mengingat hampir semua faktor risiko PTM tidak memberikan gejala pada yang mengalaminya.

Baca Juga: Indonesia Menduduki Peringkat ke 6 Negara Terbanyak Penderita Diabetes, Cegah Sedini Mungkin, yuk!

Adapun tujuan dari Posbindu adalah mendorong masyarakat agar secara rutin dan periodik melakukan pemeriksaan rutin.

Itu mengapa, sasaran dari Posbindu pun dibuat mencakup semua masyarakat, mulai dari yang berusis 15 tahun ke atas baik yang kondisinya sehat maupun yang masuk kategori berisiko mengalami penyakit tidak menular seperti diabetes.(*)