Jangan Pernah Kasih Panggung Bagi Pelaku Body Shaming, Ini Alasannya

By Tentry Yudvi Dian Utami, Sabtu, 21 Desember 2019 | 00:00 WIB
Jangan Pernah Kasih Spotilight Pelaku Body Shaming Biar Bahagia (SolStock)

NOVA.id - Kita tak bisa mengatur kata-kata orang yang ditujukan kepada kita.

Kalau kita menerima body shaming dari orang lain, apa yang mesti kita lakukan?

Body shaming menjadi masalah besar yang sering terjadi di tengah-tengah kita.

Apalagi, sekarang orang dengan bebasnya menghina orang di sosial media.

Alhasil, body shaming di sosial media pun banyak membuat korban merasa malu, depresi, hingga takut untuk menjadi diri mereka sendiri.

Sedangkan pelaku merasa puas saat dirinya menghina korban.

Tapi, ya, tidak semua keburukan harus dibalas dengan keburukan, kan?

Baca Juga: Dapat Body Shaming dari Fans, Prilly Latuconsina: Ngatain Gendut Dulu Baru Muji

Sebab, daripada berlama-lama terpuruk dengan kejahatan orang terhadap tubuh kita, lebih baik kita mulai fokus untuk membuat diri lebih baik, dan juga bahagia.

Semakin Anda fokus dengan diri sendiri, maka semakin baik juga kehidupan Anda.

Apalagi saat kita bahagia dengan kekurangan dan kelebihan dari tubuh kita, pelaku bully mungkin akan semakin iri melihatnya.

Namun, membangun citra tubuh untuk jadi positif  bukanlah pekerjaan mudah, terutama jika kita terbiasa menerima penghinaan tersebut sejak kecil.

“Setiap perilaku bully akan meninggalkan jejak di memori. Dan, itu tidak mudah untuk dilupakan. Jadi, lebih baik untuk memperkuat mental diri sendiri,” jelas Dr. Andreas Kurniawan, psikiater di Rumah Sakit Gading Pluit, Jakarta.

Baca Juga: Lakukan Body Shaming Pada Cinta Laura, Hotman Paris Dikecam Warganet

Jangan Dikasih Spotlight

Wajar rasanya, kita marah dengan pelaku body shamming.

Tapi, menurut Andreas, jika pelaku diberikan “panggung” maka ia akan semakin senang, karena ia berhasil mendapat perhatian dari si korban.

“Kalau kita bicara perilaku, pelaku itu akan senang saat korbannya reactive, misalnya korban marah, nangis, lapor ke orang-orang. Nah, reaksi ini menjadi feedback positive ke pelakunya,” jelas Andreas.

Oleh karena itu, Andreas menyarankan untuk tidak memberikan apa yang diinginkan oleh pelaku.

Misalnya, seseorang berkomentar buruk pada bentuk tubuh Anda sampai membuat Anda ingin marah dan menumpahkannya pada si pelaku.

Baca Juga: Mulai Body Shaming Cinta Laura Hingga Ribut dengan Hilda Vitria, 5 Tingkah Hotman Paris Ini Jadi Sorotan di 2018!

Amarah yang ditunjukkan oleh Anda tersebut, merupakan emosi yang diinginkan oleh si pelaku. “Jadi, diemin saja, anggap itu enggak ada. Tapi, kalau di-bully secara fisik, itu kita boleh melawan,” pungkasnya.

Meski begitu, jika pelaku bully melakukan tindakan body shaming terhadap Anda di publik, lebih baik Anda menegurnya secara diam-diam, sehingga dia tidak memiliki ruang untuk menjadi spotlight di publik.

Jika Anda bereaksi saat ia melakukan bully di publik, dia pun akan semakin senang.

Tapi, tetap saja, perilaku negatif yang diberikan orang terhadap kita, begitu membekas di hati sehingga sering membuat mental jadi down.

Dan, itu menjadi hal wajar yang dialami oleh korban.

Andreas pun menyarankan agar kita tetap bercerita mengenai pengalaman body shaming ke orang yang dipercaya untuk menyembuhkan luka tersebut.

Sebab, dengan bercerita, perlahan itu bisa membantu untuk menyemangati kita kembali.

Baca Juga: Kasus Penghina Dian Nitami, Punya Pendidikan Tinggi Hingga Anjasmara Siap Laporkan Akun Lain yang Lakukan Body Shaming

Cintai Diri Sendiri

Setelah mendiamkan pelaku, kita perlu membangkitkan diri kembali dari kejadian bully. Namun, bukan berarti kita mengabaikan emosi yang ada di dalam diri kita.

Your feeling is valid. Sah, kok, kalau kita merasa sedih, marah, kecewa saat di-bully. Dan, enggak apa-apa, selama kita menyadari emosi kita. Dari situ, kita akan belajar untuk mengatasi emosi-emosi tersebut,” pungkasnya.

Setelah menyadari emosi yang ada di dalam diri kita, Andreas juga menyarankan untuk melakukan afirmasi positif.

Baca Juga: Kasus Penghina Dian Nitami, Punya Pendidikan Tinggi Hingga Anjasmara Siap Laporkan Akun Lain yang Lakukan Body Shaming

Misalnya, “saya cantik, saya seksi”.

Jika afirmasi positif itu dilakukan setiap hari, maka otak akan terbiasa dengan kalimat tersebut.

Secara tidak sadar, itu akan membangkitkan rasa percaya diri kita terhadap tubuh kita.

“Repetisi itu yang disimpan dalam memori pada otak. Jadi, kalau dilakukan setiap hari, itu bisa mengubah cara pandang seseorang terhadap citra tubuhnya,” jelasnya.

Baca Juga: Setelah Alami Body Shaming, CL 2NE1 Tuai Pujian Terlibat Film Mile 22

Jadi, ya, mencintai diri sendiri memang menjadi cara terbaik untuk menghadapi body shaming ini.

Saat kita menerima kekurangan dan kelebihan dari tubuh kita, maka secara perlahan kalimat negatif dari orang pun, akan mental.

Namun, ini memang tidak mudah dilakukan, oleh karena itu, harus mulai menanamkan sikap dan kalimat positif  ke dalam diri sendiri sejak sekarang.

Baca Juga: Balas Pelaku yang Bully Aurel Hermansyah dengan Cara yang Manis, Netizen Puji Ashanty: Best Bunda Ever!

Selain memberikan afirmasi positif, kita juga bisa melakukan beragam cara untuk mencintai diri sendiri, misalnya olahraga atau melakukan perawatan diri.

Semakin kita fokus terhadap diri sendiri, maka pelaku pun akan semakin gelisah, deh!(*)