Kenali Kanker Endometrium yang Diderita Mendiang Ria Irawan

By Maria Ermilinda Hayon, Rabu, 15 Januari 2020 | 22:00 WIB
Kenali Kanker Endometrium yang Buat Ria Irawan Meninggal Dunia (Milena Shehovtsova)

 

NOVA.id - Sebelum dikabarkan meninggal pada Senin (6/1), Ria Irawan sempat pulih dari kanker yang diderita dan menjalankan aktivitasnya secara normal.

Namun, kondisinya kembali dropakibat kanker yang ternyata telah menjalar ke kelenjar getah bening, hingga organ paru dan otak, sampai akhirnya ia mengembuskan napas terakhir di usia 50 tahun.

Ketika kabar kepergiannya menyebar, banyak orang yang mendoakan mendiang Ria.

Baca Juga: Ria Irawan Tutup Usia, Pusara Jadi Saksi Air Mata Mayky Wongkar

Namun, peristiwa ini juga menyisakan berbagai pertanyaan, seperti, kenapa kankernya bisa kambuh lagi? Kok, bisa sampai ke otak?

Sampai saat ini belum ada faktor penyebab yang mutlak, mengapa kanker bisa tumbuh dan berkembang dalam tubuh manusia.

Hal yang pasti hanyalah teori terjadinya mutasi abnormal dari sel-sel di dalam tubuh yang kemudian merusak.

Baca Juga: Mengenang Ria Irawan, Ini Peran Penting Komunitas Bagi Penyintas Kanker 

Dalam kasus Ria, sel-sel abnormal ini ditemukan dalam endometriumnya dan berkembang menjadi kanker endometrium atau kanker dinding rahim.

Bagi seorang perempuan, ini tentu menjadi momok yang berkali-kali lipat mengerikan.

Bagaimana tidak?

Baca Juga: Ria Irawan Minta Mayky Wongkar Cari Istri Baru yang Lebih Kaya Darinya, Sang Suami Sebut Ria Tak Ingin Dilupakan

Rahim merupakan organ tempat janin tumbuh dan berkembang dalam diri seorang perempuan.

Jika terserang, siapalah perempuan yang tak runtuh hatinya.

Lantas, bagaimana sebenarnya kanker jenis ini? Tak mungkin sembuhkah?

Baca Juga: Mengenang Ria Irawan dengan 3 Foto Jadulnya, Artis Serba Bisa! 

Menstruasi Bisa Jadi Cermin

Berbeda dengan jenis kanker lainnya yang menampilkan benjolan pada fisik seseorang, kanker endometrium tak bisa dilihat secara kasat mata.

Biasanya, diagnosis akan disampaikan setelah seseorang melewati serangkaian tes medis seperti CT Scan hingga biopsi.

Nah, karena tak ada benjolan, kanker endometrium ini sering kali tidak terdeteksi sejak awal.

Baca Juga: Kekhawatiran Ria Irawan Jika Meninggal Karena Kanker dan Tinggalkan Sang Suami Sendirian 

Sebenarnya, apa, sih, penyebab kanker endometrium?

Menurut dr. Yuma Sukadarma Sulaiman Indrajaya SpOG, spesialis kandungan dari RS Mitra Kemayoran dan RS Atmajaya, Jakarta, salah satu faktor yang menyebabkan kanker endometrium ini adalah akibat adanya proses penebalan jaringan dinding rahim yang berlebihan atau disebut hiperplasia.

“Itu termasuk pra kanker. Nah, kita cek hiperplasia endometrium. Biasanya di atas delapan millimeter sudah dianggap tebal, ya. Walaupun kecurigaan terhadap kanker akan lebih meningkat dengan semakin tebalnya endometrium. Nanti kita sarankan lakukan prosedur D&C (dilation and curettage)untuk pengambilan sampel. Nanti, di sampel itu kelihatan jenis-jenis hiperplasia-nya yang mana,” ujar dr. Yuma.

Baca Juga: 10 Tahun Mengidap Kanker, Ria Irawan Sempat Dinyatakan Sembuh, tetapi Kembali Kambuh Lagi 

Masih menurut dr. Yuma, semua jenis hiperplasia dapat berpotensi mencetuskan kanker endometriosis.

Hiperplasia simpleks(yang ringan) pun tetap berpotensi kanker.

“Peluang untuk cancer-nya ada selama dia hiperplasia,walaupun hanya dua persen. Apa pun jenis hiperplasiaitu bisa menyebabkan atau bisa merupakan pintu masuk ke arah kanker endometrium,” tegasnya.

Baca Juga: Terlihat Wajar, 4 Tanda Ini Tunjukkan Gejala Kanker Endometrium 

Sebenarnya, penebalan dinding rahim biasa terjadi saat memasuki siklus menstruasi, dinding inilah yang nantinya akan luruh dan keluar melalui vagina.

Nah, jika mengalami gejala hiperplasiayang mengarah pada kanker endometrium, maka keluhan dan gejala awalnya umumnya pasien mengeluh pendarahan menstruasi yang berlebihan dan memanjang.

“Keluhan kanker endometrium biasanya bukan nyerinya, tapi pendarahannya per vaginam banyak,” ujar dr. Yuma.

Baca Juga: Untuk Pencegahan, Yuk Kenali 5 Gejala Kanker Endometrium Berikut Ini  

Nah, dengan lebih banyak darah yang keluar selama menstruasi, maka masa menstruasi pun bisa jadi lebih panjang, lebih dari tujuh hari, misalnya.

Lalu, penanganannya, bagaimana, ya?

Jika masih dalam stadium awal, maka pengobatan kanker ini bisa dilakukan dengan melakukan operasi pengangkatan rahim dan kombinasi pengobatan kanker lain.

Baca Juga: 5 Potret Lawas Ria Irawan Saat Masih Muda, Tampil Cantik Saat Menyanggul Rambut Hingga Menikah dengan Yuma Wiranatakusumah 

Persis seperti yang dilakukan oleh Ria kala itu.

Namun, jika kanker sudah terlanjur menyebar, maka pengobatan akan ditingkatkan menjadi pengobatan yang bersifat menyeluruh, di mana obat masuk ke dalam tubuh melalui darah dan mengenai sel kanker.

Bukan lagi pengobatan lokal seperti operasi dengan mengambil organ yang menjadi sarang kanker.

Baca Juga: Kepergok Melayat Mantan Istri, Yuma Wiranatakusumah Mantap Pinang Ria Irawan Usai Pacaran Singkat 5 Bulan, Jatuh Cinta karena Sifat Ini! 

Apakah Selalu Kambuh Kembali?

Sebenarnya, tak ada yang bisa menjamin 100 persen kesembuhan.

Namun, ketika seseorang sudah terkena kanker, pasti akan dilakukan pengawasan. Menurut Dr. dr. Ikhwan Rinaldi SpPD-KHOM, M.Epid, FINASM, FACP, spesialis penyakit dalam dari RSCM Jakarta, jika sudah diobati dan dinyatakan sudah bersih, tetap wajib kontrol kondisi ke dokter.

Baca Juga: Ria Irawan Meninggal Dunia Setelah Berjuang Lawan Kanker Tepat saat Azan Subuh Berkumandang 

Gunanya untuk memeriksa fisik maupun memeriksa secara imaging,seperti CT scan dan Pet CT scan kembali.

Mulai tiga atau enam bulan dalam dua tahun pertama.

Bukan tanpa sebab, hal ini perlu dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya kemungkinan kanker muncul kembali.

Baca Juga: 7 Fakta Menstruasi dari UNICEF yang Jarang Diketahui, Cek yuk! 

Ria Irawan meninggal. (Christina/NOVA)

“Semua kanker, apa pun kankernya itu, memang punya kemungkinan begitu. Kalau di kedokteran namanya relapsatau kambuh. Nah, kalau kambuh biasanya setelah pengobatan yang pertama, memang bukan di tempat yang sama lagi, bukan di endometriumnya lagi,” ujar dr. Ikhwan.

Kondisi penyebaran ini biasa disebut dengan istilah metastasis, di mana sel kanker dapat melepaskan diri dari tempat utama dan masuk ke pembuluh darah, ikut bersirkulasi dalam aliran darah, dan tumbuh di jaringan normal lainnya.

Misalnya, kanker endometrium yang ditemukan pada kelenjar getah bening, otak, dan paru-paru seperti yang dialami mendiang Ria.

Baca Juga: Suka Kram Perut Saat Menstruasi Datang? 7 Makanan Ini Wajib Dikonsumsi untuk Mengatasinya 

Namun, tidak mentang-mentang sel kanker endometrium yang menyebar dan ditemukan pada kelenjar getah bening saat selesai pengobatan, terus namanya berubah jadi kanker kelenjar getah bening, ya.

Tetap saja namanya kanker endometrium, namun bermetastasis yang kambuh dan tumbuhnya di organ lain.

Jika sudah begitu, memang jalan satu-satunya tetap berjuang melalui serangkaian pengobatan.

Baca Juga: Segar dan Nikmat, Campuran 2 Buah Ini Ternyata Bisa Redakan Nyeri Menstruasi 

Salah satunya dengan pengobatan kemoterapi yang masih menjadi cara utama dan paling banyak digunakan untuk mengobati hampir semua jenis kanker.

Selain metode kemoterapi seperti yang sudah kita kenal selama ini, kini ada metode baru yang menjadi harapan baru bagi para penyintas kanker.

Sistem pengobatan yang diklaim lebih efektif daripada kemoterapi ini namanya imunoterapi.

Baca Juga: Sering Alami Sakit Kepala Saat Menstruasi? Ternyata Ini Penyebabnya 

Sebuah pengobatan kanker yang mengandalkan kerja sistem imun pada tubuh sendiri, untuk bekerja lebih keras melawan kanker.

Pengobatan ini dikatakan memiliki dampak yang lebih ringan jika dibandingkan kemoterapi.

Kenapa?

Baca Juga: Ketahui 5 Faktor Pemicu Utama Kanker Dinding Rahim 

 

Karena cara kerja imunoterapi berbeda dengan kemoterapi.

Pada kemoterapi, tubuh dimasukkan cairan yang memperlambat atau menghentikan pertumbuhan sel kanker.

Tapi, kelemahan dari metode ini, obat yang digunakan akan menyerang semua sel aktif di tubuh, tidak hanya sel kanker, tapi juga sel-sel aktif lainnya yang tidak jahat, seperti sel rambut, kuku, atau kulit.

Baca Juga: 4 Langkah Mudah Redakan Kram Saat Menstruasi, Apa Saja? 

Sedangkan cara kerja pengobatan imunoterapi adalah mendorong kerja sistem imun atau sistem kekebalan tubuh agar lebih kuat dan efektif dalam melawan sel kanker.

Meski begitu, imunoterapi ini baru bisa digunakan untuk kanker paru-paru saja.

Penelitian untuk pengobatan kanker endometriosis masih menunggu antrean.

Baca Juga: Jangan Disepelekan, Inilah 7 Warna Darah Haid yang Harus Kita Perhatikan untuk Mencegah Berbagai Gangguan Kesehatan 

 

Kita doakan saja sambil terus memperbaiki kualitas hidup menjadi lebih sehat, sebagai upaya pencegahan primer dari serangan kanker.

Mulailah menghindari makanan yang mengandung pengawet dan perasa.

Masaklah makanan yang segar dan dimasak sendiri, kurangi junk fooddan perbanyak olahraga.

Baca Juga: Siklus Haid Tidak Teratur Bahkan Sampai Nyeri dan Kram? Segera ke Dokter Bila 5 Tanda Ini Terjadi 

Selain itu, tak kalah penting untuk selalu check upkondisi kesehatan reproduksi Anda, agar segala hal yang mengganggu tubuh bisa segera diantisipasi dan ditangani.

Semoga pengobatan kanker terus mengalami kemajuan, sehingga semakin banyak penderita kanker yang bisa disembuhkan. (*)