NOVA.id – Tak selalu mulus, sebuah hubungan pernikahan pasti akan dihampiri dengan beragam masalah.
Ada yang bisa melewatinya dengan mulus, tetapi tak sedikit pula yang harus berujung pada perceraian.
Beragam perbedaan pendapat, kurang komunikasi, hingga persoalaan anak bisa menjadi penyebab masalah dalam rumah tangga.
Baca Juga: Bikin Senang Pasangan dengan Pilih Posisi Bercinta yang Menjadi Favorit Pria
Namun, berdasarkan penelitian di Harvard, ada satu persoalan yang berpotensi besar menjadi penyabab sebuah perceraian.
Lalu, masalah apakah itu?
Baca Juga: Wow! 6 Zodiak Ini Disebut Bisa Jadi Ayah yang Baik untuk Masa Depan Keluarga, Adakah Pasanganmu?
Menurut riset Harvardm satu faktor besar yang memicu perceraian ialah suami yang tidak miliki pekerjaan tetap atau menganggur.
Hasil tersebut didapat setelah memperlajari perilaku rumah tangga dari 6.300 pasangan suami istri yang diwawancara mulai dari tahun 1968 hingga 2013.
Suami yang tidak bekerja akan membuat kondisi rumah tangga menjadi mudah panas dan bermasalah hingga akhirnya terjadi perceraian.
Baca Juga: Hindari Hadirnya Orang Ketiga dengan Tips Jitu Ini, Dijamin Ampuh!
Peluang bercerai yang disebabkan oleh suami yang tak bekerja sebesar 32 persen.
Selain kondisi finansial suami, tahun pernikahan juga memberikan pengaruh terhadap keberlangsungan pernikahan.
Dalam riset itu dijelaskan, suami istri yang menikah sebelum tahun 1975 berisiko bercerai kala istri tidak berperan aktif dalam urusan dosmetik.
Lalu, pasangan yang menikah setelah tahun 1975, lebih berpotensi bercerai ketika suami tidak memiliki penghasilan tetap.
Penulis Studi dan Profesor di Sociology Harvard University, Alexandra Killewad memprediski kehilangan pekerjaan bisa membuat pasangan suami istri depresi.
Baca Juga: Pasangan Ingin Cepat Bergairah Tanpa Obat Perangsang? Bisa Pakai 4 Cara Ini
“Aku memprediksi bahwa kehilangan pekerjaan membuat pasangan depresi dan menciptakan konflik mental antara suami istri,” jelasnya.
Menurut Alexandra, pekerjaan sang suami sangat berpengaruh pada status dan identitas suami yang bisa berbanding lurus dengan kepercayaan diri sang istri.(*)