“Selama ini banyak pemilik brand sering menghadapi kesulitan di dalam produksi, misalnya mencari konveksi yang bagus, kesulitan mendapatkan material kain dan perbandingan harga," Floery D. Mustika, CEO SFA.
Ia juga tak menampik bahwa banyak pengusaha mode pun kesulitan untuk masuk ke pasar online dan offline.
Inilah yang menyebabkan pertumbuhan fashionpreuneur Tanah Air masih di bawah angka yang diharapkan.
Baca Juga: Rayakan Anniversary Pertama, Kopi Yor Luncurkan Kopi Banana x Indomilk
Layanan SFA Fashion Consultancy menjembatani para lulusan sekolah mode ataupun fashionpreneuer yang selama ini menghadapi banyak tantangan bisnis di era disrupsi, yakni melalui layanan bimbingan pengembangan bisnis dengan track yang benar.
Dan tidak hanya itu saja, layanan ini juga membantu menyediakan production sourcing dan online atau offline business channel.
“Dengan layanan terbaru SFA ini, kami optimis target menciptakan lebih 500 fashionpreneuer di 2020 akan tercapai dengan baik, dan yang terpenting menjadikan fashionpreneuer yang produktif dan mampu bersaing secara global," ujarnya.(*)