Berkat Mendiang BJ Habibie, Esther Gayatri Saleh Bisa Jadi Pilot Uji Perempuan Pertama di Dunia

By Tentry Yudvi Dian Utami, Senin, 2 Maret 2020 | 21:00 WIB
Berkat Mendiang Presiden Habibie, Esther Gayatri Saleh Bisa Jadi Pilot Uji Perempuan Pertama di Dunia ()

NOVA.id- Suaranya begitu lantang, tak terlihat rasa takut sedikit pun dalam diri Captain Esther Gayatri Saleh, Kepala Pilot Uji di PT Dirgantara Indonesia (PTDI).

Di depan pelajar Kelas 10 Jakarta Intercultural School (JIS), Cilandak pada Sabtu (15/02), Esther ikut membagikan pengalamannya sebagai pilot uji.

Dia tampil bersama beberapa perempuan lain yang sosoknya dianggap menginspirasi banyak orang, terutama di bidang Science, Technology, Engineering, dan Mathematics (STEM).

Baca Juga: Sapardi Djoko Damono Merasa Iri dengan Generasi Zaman Sekarang

Bagi Esther, tak mudah memang jadi pilot uji.

Bukan soal pekerjaannya, tapi stigma sosial di dunia penerbangan yang sebelumnya sering dianggap hanya untuk laki-laki saja.

Sebab, profesi pilot lebih banyak berhubungan dengan mesin pesawat, perhitungan matematika, hingga risiko kematian.

Namun dia terus bertahan, meskipun ada saja yang merendahkan dirinya.

Baca Juga: Dony Oskaria, Anak Kampung yang Memulai Karier dari Call Centre Hingga Jadi Wadirut Garuda

“Saya sudah enggak bisa hitung berapa banyak perilaku tidak menyenangkan itu. Perlakuan itu tidak tertulis, tapi itu sudah melecehkan, karena saya perempuan. Kamu, kan perempuan, pantasnya di dapur saja. Itu sering sekali saya dengar sejak saya bekerja menjadi pilot,” kata Esther kepada NOVA yang menemuinya usai acara.

Namun Esther yang berambut pendek ini tak menampik bahwa pandangan merendahkan akan jenis kelaminnya itu sempat membuatnya jatuh terperosok begitu dalam, bahkan dia pernah seperti depresi selama 10 tahun menjalani karier sebagai pilot.

“Kalau diceritain sekarang itu, kayak enggak ada apa-apanya. Tapi pas dulu dijalani itu rasanya.. seperti susah. Ada di dalam hati saya, seperti Tuhan bilang ke saya, Jangan kamu menyerah. Apalagi, ketika itu saya masih sangat muda,” tambah perempuan berambut pendek ini serius.

Baca Juga: Disandera Tentara Irak hingga Dicecar Saat Pimpin Rapat Pertamanya bersama Menhan Prabowo, Sosok Ini Langsung Viral karena Berhasil Jadi Ketua Komisi I DPR RI

Karakternya yang gigih dan tak mudah menyerah, serta siap menghadapi berbagai cobaan membuatnya mampu bertahan.

Bahkan, dia tak gentar dengan omongan orang terhadapnya.

Alhasil, tak terasa sudah 35 tahun Esther mengabdi sebagai pilot uji di Indonesia.

Baca Juga: Franka Franklin, Sosok Istri Nadiem Makarim yang Punya Bisnis Perhiasan dengan Happy Salma

Berkat Mendiang Habibie

Rupanya kegigihan Esther menjadi pilot sudah dimulai sejak dia masih duduk di bangku SMA.

Waktu itu, dia kebetulan sering pelesiran ke berbagai daerah menggunakan pesawat, salah satunya saat dia melakukan perjalanan dari Balikpapan ke Tarakan, Kalimantan.

“Saya penasaran, kok pilot tahu, ya arah pesawat? Saya juga lihat banyak tombol-tombol (di kokpit). Saya penasaran sekali,” kata Esther.

Baca Juga: Mengenal Servasius Bambang Pranoto, Sosok di Balik Minyak Kutus Kutus

Rasa penasaran itu belakangan bikin Esther jadi mengurungkan niatnya menjadi seorang jurnalis, yang sempat dia cita-citakan sejak kecil.

Makanya, begitu lulus SMA, dia malah mendaftar ke Sekolah Penerbangan Indonesia di Banten.

“Saya ditolak, karena tinggi saya tidak mencukupi dan saya berasal dari jurusan IPS (Ilmu Pendidikan Sosial),” tutur Esther.

Baca Juga: Disandera Tentara Irak hingga Dicecar Saat Pimpin Rapat Pertamanya bersama Menhan Prabowo, Sosok Ini Langsung Viral karena Berhasil Jadi Ketua Komisi I DPR RI

Tapi, bukan Captain Esther namanya, kalau dia menyerah begitu saja.

Ditolak di Banten, dia malah melamar ke Sawyer School of Aviation, Phoenix, Amerika Serikat pada tahun 1982.

Beruntung lolos. Tanpa berpikir panjang, dia berangkat ke Negeri Paman Sam itu, sampai kemudian dia pulang pada tahun 1984 dan langsung coba melamar menjadi pilot penerbangan komersil.

 Baca Juga: Viral Jadi Dukun Cilik yang Punya Batu Ajaib Hingga Punya Penghasilan Miliaran, Kehidupan Ponari Kini Berubah Drastis!

“Enggak ada yang mau menerima saya, karena saya perempuan. Saya pergi ke sana ke mari, tapi tetap ditolak,” kisah Esther.

Tapi lagi-lagi kegigihan Esther muncul.

Dia tetap bertekad menjadi seorang pilot. Sampai pada akhirnya, dia melamar di PT. Nurtanio – yang sekarang berubah menjadi PTDI, perusahaan yang didirikan oleh Presiden RI ketiga, Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie.

Baca Juga: Ayah Nadiem Makarim Ternyata Bukan Orang Sembarangan, Pernah Jadi Bos Hotman Paris hingga Anggota Komite Etik KPK

Bahkan, Habibie sendiri yang mengabari Esther bahwa dia diterima menjadi pilot. Tepatnya pada 15 Oktober 1984.

“Pak Habibie yakin saya bisa jadi pilot. Saya diterima langsung olehnya, saya langsung diminta datang ke kantor yang berada di Bandung,” ungkap Esther.

Tapi, Esther sempat kaget saat menyambangi lokasi kerjanya. Rupanya, PTDI merupakan perusahaan pembuatan pesawat.

Meski begitu dia mendapatkan jabatan sebagai co-pilot. Tak tanggung-tanggung, dia sempat dipercaya Habibie menerbangkan pesawat Gatot Kaca N-250, yang tak lain rancangan Habibie sendiri.

Baca Juga: Viral Jadi Dukun Cilik yang Punya Batu Ajaib Hingga Punya Penghasilan Miliaran, Kehidupan Ponari Kini Berubah Drastis!

Pilot Uji Perempuan Pertama

Keseriusan Esther dalam bekerja rupanya dilihat Habibie. Dia kemudian diberi kesempatan menjadi pilot di Merpati Airlines (1987-1995).

Setelah dirasa cukup, dia diangkat sebagai Kapten Pilot Uji.

“Kalau jadi pilot, perempuan sudah banyak. Tapi, kalau pilot uji, saya rasa, saya yang pertama kali mendapatkan ini. Pilot uji itu beda dengan pilot komersial, karena kita menguji pesawat yang sedang dikaji, dan diujicoba untuk bisa dikasih lisensi,” jelas Esther.

 Baca Juga: Viral Jadi Dukun Cilik yang Punya Batu Ajaib Hingga Punya Penghasilan Miliaran, Kehidupan Ponari Kini Berubah Drastis!

Sejak itu, Esther kemudian menjalani tugas sebagai Kapten Pilot Uji.

Perempuan yang saat itu memiliki 7.000 jam terbang merasa, inilah pekerjaan paling menantang buatnya. Esther bilang, “Di atas itu. Kita harus uji kelayakan mesin. Jadi nanti pas di atas, mesin dimatikan, kemudian dihidupkan lagi. Ada risiko, mesin enggak nyala.”

Tapi Esther tak gentar, baginya ya itulah yang namanya cinta.

 Baca Juga: Sama Seperti Nadiem Makarim yang Lulusan Harvard, Risa Santoso Menjadi Rektor Termuda di Usia 27 Tahun!

Perempuan kelahiran Palembang, 3 September 1962 ini bahkan mengaku sudah siap jika memang nyawa jadi taruhannya.

Hingga akhirnya, pada tahun 2012 dia diangkat menjadi Kepala Uji Pilot, dan menjadi satu-satunya yang pertama di Indonesia, bahkan di dunia!

“(Meskipun) sudah menjadi pilot uji coba, setiap enam bulan sekali dites lagi kesehatan dan psikologis saya. Mereka tes saya, apakah saya masih layak atau tidak menjadi pilot uji coba?” ungkap Esther jujur.

 Baca Juga: Ayah Nadiem Makarim Ternyata Bukan Orang Sembarangan, Pernah Jadi Bos Hotman Paris hingga Anggota Komite Etik KPK

Yang menarik, berkat pekerjaannya itu, Esther juga mendapatkan kesempatan mengajar tentang pilot keliling dunia.

Pada tahun 2017, dia diterima sebagai anggota dari Experimental Test Pilot di Amerika Serikat.

Pada tahun yang sama, dia juga resmi mengantongi profesi sebagai Pilot Uji Coba pesawat prototype, salah satunya menerbangkan N219 buatan Indonesia.

 Baca Juga: Ayah Nadiem Makarim Ternyata Bukan Orang Sembarangan, Pernah Jadi Bos Hotman Paris hingga Anggota Komite Etik KPK

“Pesan Pak Habibie kepada saya, agar tetap berkontribusi memajukan dunia penerbangan di Indonesia. Dan, saya masih menjalankan itu sampai sekarang. Ini panggilan saya,” tutup Esther tegas.(*)