NOVA.id - Virus corona atau Covid-19 diketahui pertama kali berasal dari kota Wuhan, China.
Menjangkit mulai dari akhir 2019 lalu, kini Wuhan dikabarkan sudah mulai bangkit dari keterpurukan.
Diketahui, pada 18-22 Maret 2020 lalu, Wuhan melaporkan tidak ada kasus Covid-19 baru.
Baca Juga: Kisah Relawan dan Petugas Medis Perempuan Melawan Corona di Wuhan: Kami Berpacu dengan Waktu
Kabar gembira itu dianggap sebagai titik balik China untuk bisa kuat melawan virus yang menjangkit lebih dari 80 ribu orang.
Meski begitu, ternyata beberapa warga Wuhan yang awalnya sudah dinyatakan sembuh malah dinyatakan positif terjangkit virus corona lagi.
Melansir TribunWow (28/03), ada sekitar 5-10 persen yang sudah dinyatakan sembuh kembali terinfeksi virus mematikan ini.
Kebanyakan dari mereka tidak menunjukan gejala.
Hal ini seakan menandakan bahwa wabah Covid-19 di China belum akan berakhir dalam waktu dekat.
NPR mencoba menghubungi empat orang di Wuhan yang dinyatakan positif Covid-19 untuk kedua kalinya.
Dua di antaranya adalah dokter yang menangani Covid-19 di Wuhan dan sisanya adalah warga Wuhan.
Dalam wawancara dengan NPR, menurut mereka, pemerintah China akan menghukum warga yang seolah meragukan kemampuan pemerintah untuk menangani Covid-19.
Salah satu dari keempat orang tersebut mengaku menunjukkan gejala parah ketika pertama didiagnosis Covid-19 sehingga harus dirawat di rumah sakit.
Baca Juga: Disebabkan Virus Corona, Kenali Gejala dan Cara Mencegah Penyakit Pneumonia Wuhan
Sementara salah satu narasumber lainnya hanya mengalami gejala ringan dan menjalani karantina saat Wuhan tengah berada di puncak wabah ini.
Kedua warga Wuhan itu kembali menjalani tes pada 22 Maret 2020 lalu dan hasilnya positif. Keduanya mengaku tidak merasakan gejala apa pun seperti demam dan batuk kering.
Atas peristiwa tersebut, ahli virus mengatakan bahwa tidak mungkin pasien Covid-19 bisa kembali terinfeksi begitu cepat setelah dinyatakan sembuh.
Baca Juga: Virus Corona Bisa Menempel di Pakaian, Cuci dengan Teknik Jitu Ini
Fenomena itu memunculkan anggapan bahwa pemerintah China tak melaporkan data jumlah pasien sesuai data di lapangan.
Selain itu, pemerintah China juga dianggap tak melaporkan kasus Covid-19 yang tidak menimbulkan gejala.
"Saya tidak tahu mengapa pihak berwenang memilih untuk tidak menghitung kasus (tanpa gejala) bersama dengan kasus resmi lainnya. Saya bingung," ujar dokter di Wuhan yang kembali positif setelah dinyatakan sembuh.
Keempat narasumber tersebut kini tengah kembali diisolasi di bawah pengawasan medis.
Tidak ada keterangan jelas apakah mereka tertular lagi dan mengapa mereka bisa positif setelah sembuh.
Namun, terdapat kemungkinan saat mereka dites negatif, hasil tersebut adalah palsu. Hal itu dapat terjadi jika swab test yang dilakukan menggunakan alat yang kurang akurat untuk mengumpulkan sampel virus.
Kemungkinan lain adalah tes yang tidak bereaksi bagus pada DNA, sehingga sisa virus malah mendominasi hasil tes yang membuat positif.
"Kemungkinan ada hasil positif palsu dalam tes ini," ujar dr Jeffrey Shaman, seorang profesor ilmu kesehatan lingkungan di Universitas Columbia.
Jeffrey juga sempat mengadakan penelitian pemodelan yang menunjukkan, penularan antarindividu tanpa gejala adalah pendorong berkembangnya Covid-19 di Wuhan. (*)