Jangan Sampai Salah Lagi, Kenali Ciri-Ciri Mental Anak yang Sehat

By Maria Ermilinda Hayon, Rabu, 19 Agustus 2020 | 09:47 WIB
Jangan Sampai Salah Lagi, Kenali Ciri-Ciri Mental Anak yang Sehat (pixabay)

 

NOVA.id - Masa, kamu masih anak-anak udah stres dan depresi?Jangan lebay deh, Dek.”

Sahabat NOVA pernah mengucapkan kalimat ini pada si kecil?

Hati-hati, Bunda.

Baca Juga: Beberapa Tips Permainan dengan Anak untuk di Rumah dari Paddle Pop

Pasalnya, bisa saja perasaan dan perilaku yang dikeluarkan oleh si kecil merupakan tanda kesehatan mentalnya sedang terganggu.

Jadi, respon yang tak tepat seperti contoh di atas bisa memperburuk keadaan.

Bahkan bisa memicu gangguan ini menjadi “sillent killer” kehidupan anak di masa dewasanya kelak. 

Baca Juga: Tekanan Mental dan Fisik Jadi Masalah Ibu Milenial Memberikan ASI ke Anak

“Silent killer” atau pembunuh tersembunyi.

Bukan berarti mengancam nyawa secara langsung, tapi maksudnya adalah dapat “membunuh” kualitas hidup si kecil di masa depannya.

Yuk, segera  cegah dan atasi dengan tiga kunci, latih kepekaan, kenali ciri mental sehat, dan bentuk ketangguhan anak.

Baca Juga: Orangtua Harus Tahu, Terlalu Sering Memfoto Anak Punya Efek Samping

Anak yang kesehatan mentalnya baik akan punya beberapa karakter yang positif.

Seperti mampu beradaptasi, mampu memulai dan mempertahankan relasi pribadi yang menyenangkan, bermain dan belajar sesuai tahapan usia, tahu yang baik dan buruk, mampu menikmati dan memanfaatkan waktu luang, berempati dan massa tubuh meningkat sesuai usia, dan yang paling penting punya ketangguhan menghadapi sesuatu yang tidak menyenangkan.

Nah, jika dalam perkembangannya anak mengalami masalah dalam beberapa aspek tumbuh kembang tadi, maka Sahabat NOVA boleh waspada.

Tapi bukan juga jadi mendiagnosis sendiri, ya.

Baca Juga: Tips Memilih Pakaian untuk Bayi dan Anak yang Aman dan Nyaman

 

 

Coba lakukan pendekatan dengan membangun ketangguhan dalam dirinya.

“Ketangguhan tersebut bisa dibentuk dengan memperbaiki relasi antara orangtua, anak, dan keluarganya. Dengarkan anak dan lihat masalah dari sudut pandangnya. Mungkin bagi kita masalah sederhana, tapi buat anak adalah masalah yang besar. Kalau kita memvalidasi dan berempati tentang apa yang dia rasakan, maka relasi kita akan lebih bagus. Anak yang punya relasi lebih bagus maka dia akan makin tangguh,” jelas Annelia Sari Sani, S.Psi, Psikolog, psikolog anak.

Namun ingat, saat melakukan pendekatan jangan langsung membombardir, ya.

Baca Juga: Wajib Tahu, Ini 5 Tips Menyusui Bayi untuk Ibu yang Bekerja dari Rumah

Jangan juga tanya “kenapa” demi mencari akar masalahnya.

Melainkan, fokus saja pada solusi dan yakinkan bahwa anak punya dukungan dari kita sebagai orangtua dan keluarganya.

Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.

Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)