NOVA.id- Semasa hidupnya, pendiri Kompas Gramedia, Jakob Oetama dikenal sebagai pribadi yang baik dan rendah hati.
Jakob Oetama juga tak pernah membedakan status sosial seseorang, mendiang tetap ramah pada siapa pun.
Rasa kemanusiaan dan kekeluargaan yang tinggi dirasakan benar oleh karyawan maupun orang-orang yang pernah berhubungan dengan Jakob Oetama.
Baca Juga: Rangkaian Prosesi Acara Penghormatan Jenazah Pendiri Kompas Gramedia Jakob Oetama
Salah satunya dialami Yanti, sekretaris saat Pak Jakob berkantor di Palmerah Selatan, Jakarta, pada tahun 1972-2019.
“Bapak selalu perhatian dan peduli dengan kami, karyawannya. Saya ingat, waktu saya mau lahiran, dia bilang, Hati-hati ya, Ti. Dia tuh bos yang perhatian sekali,” kenang Yanti.
Kesederhanaan Pak Jakob juga terlihat saat dia tak pernah membedakan status sosial dia dan karyawannya.
Yanti mengenang, sewaktu Kompas masih menempati pabrik bekas obat di Palmerah Selatan, sebagai pemilik perusahaan Pak Jakob tak pernah merasa dirinya adalah atasan.
“Bapak datang, terus mau duduk bareng sama yang lain. Enggak pernah menempatkan dirinya sebagai bos. Bapak juga ikut begadang menunggu percetakan sampai tengah malam,” ingat Yanti.
Wartawan senior Harian Kompas, Joseph Osdar, juga bercerita bahwa Pak Jakob adalah orang yang tak nyaman berada di pesta dan punya sifat pemalu.
Baca Juga: Redaksi NOVA Beraudisi dengan Jakob Oetama
Kepada Kompas TV Rabu (9/9), Joseph mengenang, “Saya ingat waktu itu tahun 2014, beliau mendatangi pesta. Terus mendatangi saya dan bilang, Waduh saya tuh, enggak bisa di acara-acara pesta.”
Sementara, kesedihan juga dirasakan Etty Sri Maria Ningsih, sekretaris pribadi Pak Jakob pada tahun 1978-2020. Bahkan, Etty sempat ikut merawat Pak Jakob saat kesehatannya menurun.
Jika Pak Jakob ada di kantor, Etty ikut menyuapinya saat makan.
Baca Juga: Biodata Jakob Oetama, Wartawan Senior Sekaligus Pendiri Kompas Gramedia Group
“Bapak waktu sehat dulu, suka makan soto setiap hari. Nah, pas sudah berkurang kesehatannya, Bapak cuma makan biskuit, buah, dan agar-agar. Itu saya suapin makanan yang beliau bawa dari rumah. Saya enggak merasa canggung, karena Bapak sudah seperti keluarga saya sendiri.”
Kini, Pak Jakob telah pergi. Namun, nilai-nilai kekeluargaan yang ditanamkannya terus hidup dalam hati segenap karyawannya dan orang-orang di sekelilingnya.
Selamat jalan, Bapak.
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)