2 Tanda Anak Alami Pneumonia, Radang Paru-Paru yang Bisa Picu Kematian

By Dionysia Mayang Rintani, Jumat, 6 November 2020 | 23:00 WIB
Tanda pneumonia pada anak (ilustrasi) (istock)

NOVA.id – Menurut data WHO pada 2017, Indonesia ada di peringkat 7 dunia sebagai negara dengan beban pneumonia tertinggi.

Terdapat 25.481 kematian balita karena infeksi pernapasan akut atau 17% dari seluruh kematian balita. 

Pneumonia adalah penyebab kematian balita kedua di Indonesia setelah persalinan preterm dengan prevalensi 15,5%.

Baca Juga: Kenali Gejala dan Penanganan Pneumonia Biasa hingga Pneumonia Wuhan

Faktor-faktor penyebab berkaitan dengan belum terpenuhinya ASI eksklusif yang hanya 54%, berat badan lahir rendah (10,2%), dan belum imunisasi lengkap (42,1%), polusi udara di ruang tertutup dan kepadatan yang tinggi pada rumah tangga.

Sementara, pada 2019 terdapat 467.383 kasus pneumonia pada balita.

Save the Children International meluncurkan kampanye global dalam rangka ulang tahunnya ke 100 tahun di tahun 2019.

Baca Juga: Waspadai Pneumonia, Ternyata Tak Cuma Disebabkan oleh Virus Corona!

Di Indonesia, Save the Children meluncurkan kampanye yang dinamai STOP Pneumonia tahun lalu bertepatan dengan Hari Pneumonia Dunia (HPD) tanggal 12 November.

Kampanye tersebut bekerjasama dengan dengan organisasi masyarakat, akademisi, organisasi profesi, pemerintah, dan pihak swasta baik di tingkat nasional maupun di wilayah dampingan Save the Children di Kabupaten Sumba Barat dan Kabupaten Bandung.

Selain itu, kampanye tersebut melanjutkan kampanye STOP Pneumonia untuk penyadaran dan perubahan perilaku masyarakat.

Baca Juga: Virus Corona Bisa Sebabkan Pneumonia Hingga Penyakit Bahaya Ini

“Kami bersama Kementerian Kesehatan, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dengan dukungan Pfizer melalui kampanye STOP Pneumonia mengajak masyarakat untuk menjadikan momen HPD yang kita peringati di tengah pandemi tahun ini, sebagai kesempatan untuk semakin meningkatkan pemahaman mengenai pneumonia dan mencegah lebih banyak kematian akibat penyakit mematikan ini,” ungkap CEO Save the Children Indonesia, Selina Sumbung. 

“Pfizer memiliki komitmen untuk berkontribusi dalam menciptakan Indonesia yang lebih sehat. Salah satu wujud komitmen ini kami lakukan dengan mendukung upaya-upaya yang dapat membantu meningkatkan kesadaran masyarakat, khususnya orangtua, terhadap penyakit pneumonia. Kami bangga dapat mendukung seluruh rangkaian acara kampanye Stop Pneumonia dalam peringatan Hari Pneumonia Dunia untuk mendorong pemahaman masyarakat tentang upaya pencegahan pneumonia,” ujar Public Affairs Director Pfizer Indonesia Bambang Chriswanto.

Pneumonia merupakan penyakit peradangan akut pada paru-paru yang membuat paru-paru dipenuhi dengan cairan dan sel radang.

Baca Juga: Disebabkan Virus Corona, Kenali Gejala dan Cara Mencegah Penyakit Pneumonia Wuhan

Kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi kesehatan serius dan tidak jarang menyebabkan kematian.

Selain itu, pneumonia juga sering terlambat disadari karena gejala awalnya yang sulit dibedakan dengan penyakit pernapasan lain yang ringan seperti pilek dan selesma (common cold).

Akibatnya, banyak anak-anak yang mengidap pneumonia tidak mendapatkan perawatan yang seharusnya dan berdampak fatal pada kesehatan mereka.

Baca Juga: Virus Corona Dikhawatirkan Menyebar ke Seluruh Dunia karena Migrasi pada Tahun Baru Imlek, Kenali Gejalanya Sekarang!

Menurut Dr.dr. Nastiti Kaswandani, Sp.A(K) Ketua Unit Kerja Koordinasi Respirologi Ikatan Dokter Anak Indonesia perlu dicermati tanda-tanda anak mengidap pneumonia.

Batuk dan Demam yang Berkelanjutan

Gejala awal pneumonia adalah gejala yang menyerupai selesma (common cold) seperti batuk, pilek dan demam yang disertai lemas dan lesu yang berkepanjangan.

Gejala pneumonia biasanya bertahan relatif lebih lama daripada gejala pilek dan batuk karena selesma.

Baca Juga: Seorang Pria Meninggal Dunia Setelah Mendapat Jilatan Anjing Peliharaannya! Kok Bisa?

 

Kesulitan Bernapas

Anak-anak yang mengidap pneumonia sering mengalami kesulitan bernapas yang ditandai dengan frekuensi napas lebih cepat, napas cuping hidung, tarikan dinding dada dan perut, serta bibir dan kuku yang membiru akibat kekurangan oksigen dalam darah.

Kesulitan bernapas pada bayi lebih mudah diketahui ketika beraktivitas atau makan.

Bayi yang mengalami kesulitan bernapas akan memprioritaskan mekanisme tubuhnya untuk bernapas sehingga ia akan makan lebih sedikit, gelisah, rewel, atau terlihat tidak nyaman.

Dokter Nastiti menyarankan untuk segera menemui dokter jika ragu atas gejala-gejala yang dialami anak.

Baca Juga: Kenali 5 Fakta Penyakit Pneumonia yang Menyerang Oprah Winfrey Ini

Pesan dalam STOP Pneumonia (Save the Children International)

Upaya pencegahan dan perlindungan oleh orangtua, masyarakat dan semua pihak perlu ditingkatkan.

Tentu saja, agar anak Indonesia bukan saja terhindar dari pandemi covid-19 yang hingga kini masih melanda, tapi juga terhindar dari penyakit mematikan lain yang masih mengancam mereka seperti pneumonia.

Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.

Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)