Riset Ipsos Menunjukan Masyarakat Indonesia Optimistis Hadapi Covid-19

By Nana Triana, Rabu, 11 November 2020 | 23:48 WIB
Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 dr Reisa Brotoasmoro, saat memberikan keterangan pers secara virtual, Jumat (6/11/2020). (Covid-19.go.id)

NOVA.id - Hasil penelitian lembaga survei dunia, Ipsos menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia memiliki optimisme tinggi dapat melalui pandemi Covid-19. Menurut survei tersebut  warga negara Indonesia paling optimistis di antara warga negara ASEAN lainnya.

Bahkan, 75 persen masyarakat Indonesia optimistis ekonomi akan menguat dalam enam bulan mendatang.

Optimisme masyarakat Indonesia bukan tanpa alasan. Berdasarkan hasil riset Ipsos, 53 persen optimisme masyarakat disumbang oleh bantuan pemerintah untuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Sementara, 37 persennya berkat adanya bantuan tunai untuk masyarakat, 32 persen masyarakat optimis stimulus keuangan untuk pemilik usaha, dan 30 persen masyarakat optimis terhadap program kartu prakerja.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Tontonan Korea Terbaru di Viu, Bikin Happy Walau Pandemi

"Optimisme ini berdasarkan fakta bahwa upaya 3T (testing, tracing dan treatment) pemerintah, terutama treatment atau pengobatan tentunya semakin membaik terus," kata Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 dr Reisa Brotoasmoro, saat memberikan keterangan pers secara virtual, Jumat (6/11/2020) seperti dikutip dari laman Covid19.go.id.

Reisa menambahkan, optimisme tak lepas dari disiplin masyarakat menerapka 3M yaitu memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.

"Laporan pantauan Satgas Penanganan COVID-19 telah menunjukkan sebagian besar masyarakat Indonesia tetap memakai masker dan menjaga jarak saat masa liburan panjang 28 Oktober - 1 November lalu," kata Reisa

Bahkan saat ini disiplin mencuci tangan sudah tidak lepas dari kebiasaan sehari-hari masyarakat Indonesia.

Baca Juga: Jaga Kebersihan Masker Kesehatan Agar Tak Kena Penyakit Tenggorokan Karena Hal Ini

Hal ini juga didukung hasil penelitian dari United Nation Children's Fund (UNICEF) dan Nielsen menunjukkan bahwa cuci tangan paling sering dipraktekkan masyarakat Indonesia.

"Sayangnya, 3M sendiri masih dipraktekkan secara terpisah. Kadang rajin mencuci tangan, tetapi kurang disiplin pakai masker dan lengah menjaga jarak. Sebaiknya, semuanya harus dilakukan secara bersamaan, satu paket, satu kesatuan. Jika dilakukan bersamaan maka risiko COVID-19 akan langsung turun drastis, dan penularannya bisa diturunkan sampai 0 persen," ujarnya.

Hadirnya vaksin semakin meningkatkan optimisme

Lalu optimisme lain dari penelitian Ipsos menyebutkan, semangat tinggi dan upaya mencari dan juga menyediakan vaksin COVID-19.

Ada vaksin yang dikembangkan oleh Indonesia sendiri, ada yang kerjasama dengan negara-negara lain dalam kerangka kerjasama global dan multilateral.

Baca Juga: Deretan Menu Viral Saat Pandemi yang Bisa Dicoba di Rumah: Dari Dalgona Coffee Hingga Korean Corn Dog

Reisa lalu mengangkat sebuah opini di harian Kompas pada Kamis (05/11/2020), yang ditulis Prof Gusti Ngurah Mahardika. Dalam opini tersebut Prof Mahardika menegaskan bahwa vaksin yang akan digunakan adalah vaksin yang pasti aman, dan berkhasiat yang tinggi.

Jika tidak, maka tidak akan masuk uji klinis fase akhir dan tidak akan mungkin disetujui Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

"Dalam dialog saya dengan Profesor Mahardika, beliau mengingatkan bahwa kita semua punya andil dan berjasa dalam mensukseskan vaksinasi nanti. Maka kita doakan bersama uji klinis dapat berlangsung dengan sukses, vaksin yang manjur akan hadir dan nanti dukung penuh proses vaksinasi di seluruh Indonesia," pesan Reisa.

Untuk itu, Reisa mengajak masyarakat untuk optimis dan mendukung upaya 3T yang dilakukan pemerintah. Sementara masyarakat diimbau untuk dapat terus meningkatkan disiplin menerapkan 3M memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun.