NOVA.id - Sekarang ini, berbagai negara di dunia saat ini tengah dalam penelitian untuk menemukan vaksin Covid-19, termasuk Indonesia.
Penelitian tersebut dikawal langsung oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk memastikan keamanan, dan kemanjurannya sebelum nantinya digunakan masyarakat.
Sayangnya di tengah proses uji klinik banyak beredar mitos-mitos mengenai vaksin di masyarakat. Mereka meragukan keamanan dan kemanjuran vaksin, yang masih dalam proses pengujian.
Padahal vaksin sendiri merupakan cara mencegah infeksi penyakit tertentu dengan efisien dan efektif. Vaksin terbukti mampu mencegah banyak penyakit seperti, BCG, Polio, Hepatitis B, Campak, Rubela, Hib, PCV, Influenza, Dengue, HPV
“Mitos seputar vaksin cukup banyak, masyarakat harus pandai memastikan informasi yang benar. Hal yang tidak masuk akal, harus kita tinggalkan. Terutama harus hati-hati untuk membagikannya dengan orang lain,” kata Guru Besar Fakultas Keokteran Universitas Indonesia, Prof. Dr. dr. Cissy Kartasasmita , Sp.A (K), M.Sc seperti dikutip dari laman Covid.go.id (18/11/2020).
Menurut Cissy, Vaksin memiliki manfaat untuk menjaga kesehatan. Jika imunitas pada banyak orang maka akan timbul yang disebut dengan imunitas populasi atau dikenal dengan herd immunity.
Baca Juga: Kabar Baik, Vaksin Covid-19 Bisa Dipesan Secara Mandiri, Bagaimana Caranya?
“Vaksinasi akan melindungi orang lain yang belum atau tidak bisa diberi vaksin seperti, bayi atau orang dengan penyakit gangguan imun,” kata Cissy Kartasasmita.
Ia juga mengatakan, penolakan yang luas terhadap vaksin Covid-19 justru menghambat terciptanya kekebalan kelompok yang diinginkan. Minimal cakupan imunisasi Covid-19 mencapai 70 persen dari jumlah populasi.
Terkait proses pembuatan vaksin yang cepat, Cissy mengatakan. “Teknologi dan kemampuan sumber daya yang maju, serta ketersediaan biaya, mempercepat proses penemuan vaksin Covid-19, dimana fase-fase yang harus dilalui dilakukan secara parallel,”.
Saat ini sendiri, uji klinik vaksin Sinovac, telah masuk tahap ketiga dan selesai melakukan penyuntikan kepada 1620 relawan yang memenuhi syarat untuk berpartisipasi hingga saat ini telah selesai divaksinasi dan menuggu laporan hasil uji resminya.
Pelaksanaan uji klinik ini harus memenuhi aspek ilmiah dan menjunjung tinggi etika penelitian sesuai pedoman cara uji klinik yang baik. Sejauh ini hasil uji klinik fase III dinyatakan aman dan tidak ditemukan reaksi berlebihan.
Sejauh ini, hasil uji klinis fase III menyatakan bahwa vaksin Sinovac aman dan tidak ditemukan reaksi berlebihan. Laporan keamanan uji klinis vaksin fase I dan II pun menunjukkan hasil baik dan telah dipublikasikan lewat jurnal internasional.
Terkait pertanyaan tentang proses pembuatan vaksin yang cepat, Cissy mengatakan bahwa keberadaan teknologi, kemampuan sumber daya yang maju, serta ketersediaan biaya ikut mempercepat proses tersebut.
Baca Juga: Kabar Baik, Uji Coba Vaksin Virus Corona oleh Pfizer Diklaim 90 Persen Efektif
Sementara itu, Cissy menjelaskan, selama uji klinis fase III tidak ditemukan efek samping yang berat pada relawan penerima vaksin Sinovac.
“Informasi atau berita mengenai ada yang meninggal, sakit berat, sakit punggung, itu tidak terbukti dari hasil uji klinis vaksin Covid-19. Setelah dilakukan penelitian, kejadiannya ternyata tidak berhubungan langsung dengan vaksinasi,” papar Cissy.
Dalam kesempatan tersebut, Prof. Cissy juga menghimbau kepada orang tua untuk tetap rutin memberikan vaksin kepada anak-anak dan balita. Ada 12 program imunisasi nasional yang diberikan gratis pada anak-anak dan balita. Dalam kondisi pandemi, pemberian vaksin rutin diberikan, agar tidak menjadi pandemi yang lain nantinya.
“Paling rawan di sini campak. Campak sangat mudah menular. Imunisasi pada bayi itu yang paling utama, jadi tidak betul bayi tidak boleh diimunisasi”, kata Prof. Cissy.
Namun, vaksin adalah salah satu cara kita untuk terlindungi dari infeksi penyakit tertentu. Untuk itu Sahabat NOVA harus tetap menerapkan perilaku 3M, yakni memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan dengan sabun.