Memahami Pentingnya Vaksin untuk Tingkatkan Imunitas Tubuh Melawan Penyakit

By Nana Triana, Senin, 30 November 2020 | 16:27 WIB
Dr. dr. Kohar Hari Santoso, SpAn., KAP., KIC (kiri) dan Wahyoe Boediwardhana (Jurnalis) menjadi pembicara dalam dialog bertema belajar dari sukses vaksin MR di Jawa Timur dan Peran Media dalam Vaksinasi di Jakarta, Selasa, 17 November 2020. ()

NOVA.Id - Saat ini, Vaksin menjadi alat paling efektif untuk menghadapi penyakit infeksi, mencegah terjadinya epidemi maupun pandemi dan mengeradikasi penyakit menular.

Hal itu terbukti saat kasus campak dam rubella yang merebak di Indonesia pada 2017 silam. Penyakit tersebut bisa mengakibatkan meningitis kepada anak-anak.

Sementara itu, Rubella mampu mengakibatkan kelainan bawaan terhadap bayi. Apabila Rubella menginfeksi ibu hamil, anak yang lahir bisa terkena cacat.

Melalui program Imunisasi masal, vaksin MR terbukti menekan penularan virus campak (measles) dan rubella (campak jerman).

Baca Juga: Ibu Hamil Terkena Covid-19, Bisakah Tularkan ke Janin? Ini Kata Dokter

Meskipun demikian, edukasi yang berkesinambungan dan konsisten juga harus dilakukan, untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya imunisasi.

“Tidak semua orang mau anaknya diimunisasi, karena adanya ketidak tahuan soal Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). Peran media untuk mengedukasi masyarakat sangat kuat,”kata Direktur RSUD Saiful Anwar Malang dan Ketua Tim Tracing Gugus Tugas COVID-19 Jawa Timur, Dr. dr. Kohar Hari Santoso, dalam acara Dialog Produktif bertema Belajar dari Sukses Vaksin MR di Jawa Timur dan Peran Media dalam Vaksinasi yang diselenggarakan Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Selasa (17/11/2020).

Dr. Kohar menambahkan, di Jawa Timur ada tiga kelompok besar masyarakat, di daerah barat disebut Mataraman, dimana biasanya sosok panutannya adalah para pemimpin kawasan seperti lurah. Ada kultur budaya arek di sekitar Surabaya, biasanya mendengarkan pakar dan para ahli.

“Kemudian ada daerah tapal kuda yang dominan berbudaya masyarakat Madura. Mereka biasanya mendengarkan tokoh-tokoh agama. Pendekatan kultural ini yang nantinya bakal didukung oleh media,” kata Dr. Kohar. 

Baca Juga: Demi Rekaman di Abbey Road, D'Masiv Rogoh Kocek Hingga Rp1 Miliar

Sementara itu, jurnalis yang ikut terlibat dalam imunisasi MR di Jawa Timur pada 2017 dan saa saat ini bekerja sebagai wartawan harian nasional, Wahyoe Boediwardhana, menungkapkan mengenalkan masyarakat terkait imunisasi harus dilakukan secara kolaborasi.

“Dengan berkolaborasi, kita akhirnya bisa menyampaikan pentingnya imunisasi dan vaksin bagi anak-anak. Dari situ muncul pikiran bahwa ini merupakan hal yang penting dan wajib kita sampaikan kepada masyarakat,” kata Wahyoe.

Atas dasar niat baik tersebut, Wahyoe pun membentuk komunitas Jurnalis Sahabat Anak. Perkumpulan ini memiliki tujuan dan keinginan membantu mengedukasi masyarakat menyampaikan informasi positif terkait kesehatan anak.

“Ini yang kami lakukan, sehingga kita harus mengetahui siapa yang dihadapi, karakternya bagaimana, apa yang harus disampaikan, cara dan kapan waktu yang tepat untuk menyampaikan pesannya. Itu yang kami terapkan di masyarakat” ujar Wahyoe.

Baca Juga: Vaksin Bukanlah Obat Covid-19, Begini Penjelasannya Ilmiahnya

Karakter masyarakat Jawa Timur yang beragam jadi tantangan tersendiri dalam mengedukasi masyarakat, terutama mengikis informasi hoax seputar vaksin MR saat itu.

Demografi masyarakat yang cukup beragam mulai dari pesantren, perkotaan, masyarakat komunal, hingga daerah terpencil yang jauh dari jangkauan dukungan komunikasi, menjadi tantangan tersendiri.

Wahyoe mengatakanm, banyak masyarakat terpapar hoax tentang vaksin, tidak hanya yang kurang edukasinya tapi juga masyarakat terpelajar. Hal ini yang membutuhkan strategi tersendiri.

“Untuk mengikis hal itu, kami memilih untuk membanjiri masyarakat dengan informasi positif,” terang Wahyoe.

Tak hanya berhenti pada edukasi vaksin, namun masyarakat juga harus mendapatkan penjelasan yang cukup mengenai KIPI yang bisa terjadi dan diatasi dengan mudah.

Baca Juga: 5 Upaya Google untuk Pemulihan Ekonomi Nasional yang Terdampak Pandemi

“Kita sudah siapkan tim, ahli-ahlinya, para dokter untuk antisipasi kalau ada KIPI. Itu kita sudah siapkan. KIPI sendiri bukanlah hal yang menakutkan, karena biasanya bersifat ringan. Namun, pencegahan untuk mengurangi risiko kejadian ikutan ini tetap harus dilakukan”, ujar Dr. Kohar.

Agar seluruh informasi mengenai vaksin sampai dengan benar ke masyarakat. Wahyoe dan komunitas Jurnalis Sahabat Anak Jawa Timur juga terus memperkaya pengetahuan, ilmu dan pemahaman soal imunisasi.

“Sebelum kami memutuskan menyampaikan pesan positif ke masyarakat. Kawan-kawan jurnalis dulu yang kita perkaya pemahamannya. Kita bagi ilmunya sebanyak-banyaknya ke sesama jurnalis”, ungkapnya.

Masyarakat harus sadar bahwasanya mencegah jauh lebih baik daripada mengobati. Tak hanya terhindar dari rasa sakit, namun juga lebih murah dari segi biaya. “Saya setuju bahwa vaksin MR ada biayanya. Tapi dibandingkan dengan nanti terinfeksi, kalau sampai sakit, atau cacat, itu bebannya lebih tinggi, lebih mahal lagi biayanya”, tutup Dr Kohar.