Produk-produk tersebut antara lain, tas belanja yang bisa dipakai berulang-ulang (reusable), alat makan dan minum pakai ulang, produk kecantikan yang ramah lingkungan, hingga pembalut kain untuk mengurangi sampah pembalut konvensional dan tampon.
Fenomena tersebut memang menimbulkan eco gender gap—situasi di mana tanggung jawab perempuan seakan lebih besar daripada laki-laki dalam menyelamatkan Bumi. Namun, sisi positifnya, perempuan memiliki pilihan jenis produk ramah lingkungan yang lebih banyak.
Dengan demikian, perempuan bisa mengambil peran aktif untuk ikut berupaya memberi kebaikan bagi lingkungan dan Bumi. Langkah pertamanya, dimulai dari diri sendiri dan lingkungan terdekat, seperti keluarga.
Laman Inc. Magazine menyebut, sekitar 70-80 persen keputusan pembelian keluarga ditentukan oleh perempuan. Sehingga, perempuan memiliki peranan besar dalam menentukan konsumsi rumah tangga.
Baca Juga: Perempuan Bisa Menjadi Manajer Keuangan dalam Keluarga, Simak Tips dari Ahlinya
Buat keputusan membeli yang baik
Peran besar perempuan di keluarga membuatnya bisa menjadi penggerak dalam membuat keputusan membeli yang bijak. Misalnya, dengan mempertimbangkan dampak produk yang dikonsumsi terhadap lingkungan.
Untuk itu, Yayasan WWF Indonesia mengajak perempuan dan seluruh konsumen untuk lebih peduli terhadap Bumi melalui pesan “Beli Yang Baik”. Melalui kampanye tersebut, perempuan diajak untuk menerapkan enam prinsip konsumsi yang lebih bijak.
Pertama, ‘Beli yang Perlu’ dan hindari sikap impulsif saat berbelanja. Kedua, 'Beli yang Lokal’ daripada produk impor untuk mengurangi jejak karbon. Ketiga, 'Beli yang Alami’ dengan mempertimbangkan bahan dan pengolahan produk.
Keempat, ‘Beli yang Awet’ untuk menghemat sumber daya alam dan mengurangi sampah. Kelima, 'Beli yang Ekolabel, yakni produk yang diproduksi dengan pertimbangan aspek sosial, lingkungan dan ekonomi.
Label sertifikasi tersebut meliputi Aquaculture Stewardship Council (ASC) untuk produk seafood hasil budidaya, Forest Stewardship Council (FSC) untuk produk turunan kayu, Marine Stewardship Council (MSC) produk seafood hasil tangkapan alam, dan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) untuk produk yang menggunakan minyak kelapa sawit.
Baca Juga: Eits, Jangan Asal Makan Ikan Jika Tak Tahu Asal Usulnya, Ini Tipsnya!