NOVA.id - Rasanya tidak ada yang ingin mengalami masalah alergi dalam hidupnya. Termasuk juga si kecil.
Rasa gatal, mual, sesak, pasti sangat membuatnya tersiksa.
Jangankan anak, kita saja yang sudah dewasa, bila mengalami alergi bakal merasa sangat terganggu.
Baca Juga: Google Indonesia Rayakan Hari Anak dengan Ajak Tangkas Berinternet
Nah apalagi, reaksi alergi ini bukan hanya memengaruhi fisik si anak, tapi juga emosinya.
Asal tahu saja, menurut Putu Andani, M.Psi, Psikolog., psikolog dari Tiga Generasi, anak yang memiliki alergi cenderung lebih sering melampiaskan emosinya dibanding anak yang tidak mengalami alergi.
Alhasil, sering terjadi luapan emosi yang meledak-ledak atau biasa disebut tantrum.
Baca Juga: Mari Nostalgia Bobo di Bobo Creative Week, Catat Jadwalnya Ini!
Kalau lagi di rumah, sih, mungkin masih lebih mudah dikendalikan.
Tapi, kalau tantrum saat di tempat umum, kan, bisa repot.
Lantas, bagaimana mengatasinya?
Baca Juga: Jangan Lewatkan Bobo Creative Week 2020, Simak Rangkaian Acaranya Ini!
Sebenarnya, tantrum adalah bagian dari perkembangan si kecil.
Jadi, wajar dan normal jika anak mengalami tantrum.
Nah, yang berat bagi kita sebagai orangtua adalah melihat dan mendengar anak tantrum.
Merengek, menangis, berteriak, menjerit, menjambak rambut kita, hingga mungkin melempar-lempar barang.
Sungguh mengganggu dan sangat menguras emosi.
Tapi, toh, si kecil juga sedang tak nyaman dan terancam karena alerginya.
Baca Juga: Patut Dicoba! 5 Cara Ini Dijamin Ampuh Atasi Rasa Bosan Anak saat Belajar dari Rumah
Menurut Putu, ketika kita membahas perilaku anak tantrum berkaitan dengan alergi, sebenarnya anak sedang memunculkan salah satu jenis perilaku, yakni externalizing behaviour.
Di mana ada perilaku-perilaku yang disalurkan anak keluar dari dirinya karena emosi-emosi negatif yang ia rasakan, seperti stres, marah, dan sedih.
Emosi negatif ini muncul karena ia merasa berbeda dan tidak nyaman.
Tidak nyaman beraktivitas saat alergi menyerang, tak bisa makan makanan yang sama dengan temannya, tertekan banyak aturan dan larangan, dan lain sebagainya.
“Apalagi untuk anakanak yang kecil, early chilhood. Biasanya, anak yang tidak alergi hanya beberapa hari sekali tantrum di usia-usia dua atau tiga tahun. Nah, anak-anak dengan alergi akan menunjukkan kondisi tantrum lebih sering, karena tingkat stresnya pasti lebih tinggi,” ujar Putu dalam acara webinar Danone dengan topik “Mencegah Alergi si Kecil dengan Deteksi Risiko Alergidan Asupan Nutrisi yang Tepat Sejak Dini.”
Nah, jika reaksi alergi membuat anak tantrum, kita harus bagaimana?
Baca Juga: Pentingnya Orangtua Tahu DIR Floor Time untuk Pantau Perkembangan Anak
Pertama, terima dahulu perasaan anak.
Memang tampaknya sulit dilakukan.
Tapi percayalah, ketika si kecil mengamuk, dia tidak akan bisa mendengarkan alasan.
Baca Juga: Hadapi New Normal, Penuhi Nutrisi Anak dengan Asupan Kandungan Ini
Malah, akan makin parah saat kita semakin berteriak dan marah-marah memintanya berhenti.
Karenanya, berhentilah berteriak.
Jika perlu, bawa anak ke tempat tenang dan tidak banyak orang sehingga tidak membuat kita larut dalam emosi anak.
Baca Juga: Cukup Terapkan Satu Trik Ini Dijamin Anak Jadi Doyan Makan Sayur, Gampang Banget Dicoba!
Lalu, cobalah untuk menerima emosi apa pun yang anak rasakan.
Baik, stres, cemas, sedih, atau marah.
Kedua, tandai perasaan anak dan dampingi.
Baca Juga: Jaga Kualitas Gizi Anak Indonesia, Peneliti Kembangkan Produk Makanan
Analisa penyebab tantrum anak, sembari menemaninya.
Namun, jangan langsung memberikan masukan atau nasihat.
Apalagi sambil marah-marah.
Baca Juga: Tips Memilih Sekolah Virtual yang Tepat untuk Anak di Masa New Normal
“Jangan menggurui anak dulu, tunggu sampai emosi anak reda. Ini part yang critical-nya. Karena biasanya kita agak gatel untuk ngasih solusi ke anak di tengahtengah. Padahal, itu tidak jadi efektif karena anak emosinya lagi tinggi,” jelas Putu.
Ketiga, ajak diskusi.
Ingat, emosi anak saat sedang tantrum seperti roller coaster.
Baca Juga: Peduli dengan Perundungan, Allianz Indonesia Gelar Kompetisi Lawan Bullying dengan Komedi
Kalau naik ada titik puncaknya, nanti dia akan turun lagi.
Jadi, kita tunggu sampai dia turun, baru kita diskusi.
Apa yang membuatnya tidak nyaman, apakah alergi bertambah parah, apa keinginan anak, dan lainnya.
Baca Juga: Bukan Saat SD, Inilah Waktu yang Tepat untuk Menyunat Anak Kita
Sehingga, masalah bisa ditangani bersama.
“Repeat dan repeat setiap kali anak tantrum. Sehingga kematangan emosi anak juga berkembang dari situ. Kita bantu juga,” pungkas Putu.
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.