NOVA.id – Hingga Juli mendatang, persediaan gula nasional masih mencukupi.
Hal ini telah dipastikan oleh Kementerian Pertanian yang menjamin ketersediaan gula nasional sejak sebelum Ramadan, Lebaran dan beberapa waktu mendatang.
Dengan ketersediaan cukup, harga gula di pasaran menjadi stabil.
Baca Juga: Ahli Digital: Keamanan Data Pribadi adalah Tugas Semua Pihak
Ditjen Perkebunan, Kementerian Pertanian, menunjukkan data ketersediaan gula nasional per April sebesar 717.447 ton cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sejak Mei hingga Juli 2021 mendatang.
Sekretaris Ditjen Perkebunan Dr. Ir. Antarjo Dikin, MSc, menyampaikan hal itu kepada media di Jakarta, Senin (17/5/2021).
Antarjo mengatakan persediaan gula nasional tersebut dirasa mencukupi untuk kebutuhan gula tiga bulan ke depan.
Baca Juga: Menparekraf Ajak Masyarakat Tingkatkan Rasa Kebersamaan Pulihkan Sektor Parekraf
"Kebutuhan gula saat ini rata-rata per bulan 229.478 ton. Sehingga persediaan gula sebesar 717.447 ton cukup untuk tiga bulan ke depan," ungkapnya.
Persediaan gula hingga 16 Mei 2021 tersebar di beberapa pihak yakni pabrik gula 226,967 ton (32%), pedagang 151,594 ton (21%), petani 10,143 ton (2%) dan paling banyak tersebar di pasar dan rumah tangga yakni 328,743 ton (46%).
Dengan ketersediaan gula yang cukup untuk beberapa waktu ke depan memberikan kesempatan petani tebu untuk mengolah kebun tebunya.
Baca Juga: Saatnya Tambah Daya Listrik, Ada Diskon Menarik dari PLN!
"Sekarang ini masih belum masuk proses panen tebu. Juni baru akan tebang pohon tebu. Biasanya Agustus puncak persediaan gula,” jelas Sekretaris Ditjen Perkebunan, Antarjo.
Antarjo menambahkan, “Sebelumnya, puasa dan Lebaran kemarin kami semua sempat mengkhawatirkan produksi gula mengingat belum masuk musim panen tebu.”
“Ada impor gula, tetapi hanya untuk cadangan untuk antisipasi kalau terjadi gejolak permintaan gula," tuturnya.
Baca Juga: Sebarkan Kebaikan, Yuzu Lakukan Donasi untuk Remaja Yatim Piatu Korban Covid-19
Gula menjadi perhatian penting Kementerian Pertanian sehingga memasukkan swasembada gula menjadi program Super Prioritas Ditjen Perkebunan.
Program tersebut diupayakan melalui identifikasi target areal intensifikasi 200.000 hektare dan ekstensifikasi 50.000 hektare, peningkatan kapasitas pabrik gula, target produksi 678.000 ton (intensifikasi ekstensifikasi), penyiapan plasma dalam kemitraan Pabrik Gula (PG) BUMN dan swasta serta penyiapan benih untuk swasembada gula konsumsi (provitas 83-100 ton hektare kultur jaringan dan SE).
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mendorong jajaran Ditjen Perkebunan menyusun langkah konkret swasembada gula konsumsi pada perencanaan pembangunan subsektor perkebunan 2021.
Baca Juga: Tidak Semua Vaksin AstraZeneca Dihentikan, Ini Penjelasannya
Mentan meminta Ditjen Perkebunan menyusun langkah-langkah konkret dalam upaya peningkatan produktivitas dan produksi tebu.
Kemudian meningkatkan kapasitas dan efisiensi PG berbasis tebu. Serta meningkatkan penyerapan tenaga kerjanya dan pendapatan petani/pekebun.
Penyusunan langkah tersebut menurut Mentan harus dilakukan dengan menerapkan program pendukung lainya seperti cara bertindak (CB) 1 tentang peningkatan kapasitas, CB2 tentang diversifikasi pangan, CB3 tentang lumbung pangan, CB4 tentang pertanian modern serta CB5 tentang ekspor kopi, kakao, kelapa dan karet.
Baca Juga: Diperingati setiap 17 Mei, Begini Sejarah Hari Buku Nasional
Hingga saat ini Ditjen Perkebunan dalam melakukan percepatan program swasembada gula konsumsi nasional tahun 2021 menggarap areal seluas 10.798 hektare yang terdiri dari perluasan lahan tebu seluas 1.000 hektare, rawat ratoon 6.798 hektare dan bongkar ratoon 3.000 hektare.
Program tersebut sudah dilakukan sejak 2020.
Untuk target kegiatan sampai tahun 2023, akan melakukan kegiatan tebu 250.000 hektare yaitu rawat ratoon 125.000 hektare, bongkar ratoon 75.000 hektare dan perluasan 50.000 hektare.
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)