2. Cut Nyak Dien
Cut Nyak Dhien mulai ikut mengangkat senjata dan berperang melawan Belanda pada 1880.
Akibat perang, suami pertamanya, Teuku Cek Ibrahim Lamnga tewas saat bertempur pada 29 Juni 1878.
Bahkan, suami keduanya, Teuku Umar juga tewas tertembak pada 11 Februari 1899.
Namun dia terus berjuang melawan kekuasaan Belanda, sampai akhirnya diasingkan di Sumedang, Jawa Barat bersama tahanan politik Aceh lainnya.
Pada 6 November 1908, Cut Nyak Dien meninggal di pengasingan dan makamnya baru ditemukan pada 1959.
Baca Juga: 5 Sajian Khas Kemerdekaan yang Cocok Dihidangkan Saat 17 Agustusan
3. Christina Martha Tiahahu
Kondisi Maluku yang sulit membuat seorang pria bernama Thomas Matulessy dan kawan-kawannya mengadakan rapat pada 3 Mei 1816 dengan kesimpulan memulai gerakan perlawanan.
Matulessy mengizinkan Martha ikut berjuang. Sejak saat itu, pada usia 17 tahun, Martha mulai bergabung dalam gerakan perlawanan.
Ia juga membantu Pattimura berperang melawan Belanda.
Pada 17 Mei 1817, Benteng Duurstede jatuh ke tangan pasukan Pattimura. Akan tetapi, Belanda melawan balik.
Beberapa bulan kemudian, Belanda menangkap Pattimura dan melancarkan serangan umum. Martha memimpin pasukan tempur perempuan dengan ikat kepala melingkar.
Baca Juga: Indonesia Tangguh Indonesia Tumbuh, Makna Logo dan Tema HUT Ke-76 RI