Waspada, Hubungan Kita dengan Suami Bisa Renggang Akibat Pandemi!

By Dionysia Mayang Rintani, Kamis, 7 Oktober 2021 | 10:01 WIB
Hubungan dengan Suami Renggang Akibat Pandemi (istock)

NOVA.id – Pandemi yang hingga kini masih melanda ternyata juga berdampak pada keintiman pasangan suami istri.

Biasanya masalah intimacy (keintiman) banyak dialami oleh pasutri dengan usia pernikahan di atas periode lima, sepuluh, bahkan lebih dari 20 tahun.

Zoya Amirin, psikolog yang mendalami ilmu seksologi menjelaskan bahwa pada pandemi ini masalah intimacy yang lazimnya dialami oleh pasangan suami istri dengan usia perkawinan yang relatif sudah lama, kini bisa saja terjadi pada pasangan usia pernikahan yang baru berjalan antara dua sampai tiga tahun.

Baca Juga: Rambut Kemaluan Lebat Berpotensi Bikin Miss V Berbau Tak Sedap?

“Bahkan ada juga pasangan yang baru saja menikah, lantas mengalami masalah kerenggangan hubungan suami istri,” paparnya.

Zoya yang  kini berpraktik dengan perjanjian di Klinik Estetika dan Perawatan Kulit Dermalounge, Jakarta Selatan, mengemukakan pandemi dapat saja dituding menjadi penyebab kerenggangan hubungan suami istri.

“Sebab, masalah kerenggangan dalam keharmonisan hubungan suami istri, biasanya sudah terjadi selama beberapa waktu sebelum terjadinya pandemi,” jelasnya.

Baca Juga: Benarkah Berhubungan Intim Berbahaya Bagi Ibu Hamil? Ini Penjelasanya

Misalnya dalam rumah tangga terjadi masalah yang sebenarnya bukan merupakan masalah  besar.

Tetapi karena  stres akibat pandemi, masalah dalam rumah tangga yang tidak besar tadi, ternyata berpotensi terus-menerus menjadi pemicu pertengkaran (pertikaian) antara hubungan suami istri.

“Akhirnya banyak pasutri yang masalahnya berakhir pada perceraian,” jelas Zoya yang kerap menjadi sex positive advocate bagi para klien.

Baca Juga: Coba Sensasi Berhubungan Intim di Bawah Shower, Basah dan Bergairah!

Selain itu, papar Zoya, kendati tidak pernah menghitungnya sebagai data lewat survei, masalah yang kerap dikeluhkan oleh para kliennya berkisar pada disfungsi seksual.

Kondisi ini dialami oleh pria yang mempengaruhi hubungan kepada istri, ataupun juga perempuan atau istri yang akhirnya mempengaruhi hubungan seksual terhadap suaminya.

“Contoh apabila seorang perempuan atau istri yang mengalami vaginismus atau kekakuan otot dinding-dinding vagina yang tidak bisa dikendalikan oleh perempuan, sehingga penetrasi vagina tidak mampu dilakukan,” jelasnya.

Baca Juga: Tak Cuma Hubungan Intim, Psikolog Ungkap Cara Lain agar Makin Mesra dengan Pasangan

Zoya melanjutkan, “Atau jika laki-lakinya mengalami disfungsi ereksi, sehingga alat vitalnya tidak mampu berereksi atau mempertahankan waktu ereksinya, maka hal tersebut menjadi masalah dalam menjaga keharmonisan hubungan suami istri.

Apalagi jika ditambah dengan masalah-masalah lain di luar hubungan seksual, seperti akibat tekanan ekonomi yang diihadapi selama masa pandemi, akan turut memicu terjadinya stres dalam persoalan keintiman hubungan pasutri.  

Itu sebabnya  perlu dilakukan konseling atau konsultasi yang memerlukan kerjasama timbal balik antara suami dan istri.

Baca Juga: Bahaya! 4 Hal Ini Bisa Menyebabkan Hubungan Intim Tidak Lagi Harmonis

Sebab hal-hal seperti ini, menjadi kunci tuntasnya persoalan disharmoni hubungan pasutri dalam berkegiatan seksual.

Sebab selain konseling, kata Zoya, ada juga terapi dan sejumlah homework, yang harus digarap pihak pasutri, yang juga ditentukan oleh kekompakan mereka dalam menyelesaikan homeworknya.

Biasanya apabila rajin membuat homework, baik dari pihak suami maupun dari pihak istri, maka konseling dapat berlanjut sebagai rangkaian proses penyelesaian masalah, bahkan tidak jarang berlanjut pada tahapan  konseling masalah yang lainnya.

Baca Juga: Hubungan Intim Saat Hamil, Aurel Hermansyah Blak-blakan Ungkap Ketakutan Atta Halilintar

 

 

Itu sebabnya, tidak dapat ditentukan berapa lama proses sesi pertemuan (theraphy dan counseling), karena berbeda kasus dan penanganan, termasuk tahapan yang perlu dilakukan secara berkelanjutan.

Zoya menambahkan dalam tahapannya, tidak jarang ia harus bekerjasama dengan tim dokter dalam menyelesaikan kasus yang dialami para klien.

“Seperti pada kasus perempuan dengan vaginismus yang vaginanya tidak dapat berpenetrasi karena saat proses penetrasi, vaginanya mengeras seperti tembok.

Baca Juga: Ayah Taqy Malik Diduga Lakukan Penyimpangan Seksual Kepada Istri Siri

“Untuk itu saya bekerjasama dengan dokter spesialis obstetri dan ginekolog,” jelas Zoya.

Sedang pada kasus lelaki yang mengalami disfungsi ereksi, maka lelaki atau si suami harus terlebih dulu berkonsultasi dengan dokter andrologi, spesialis medis  yang mengurus kesehatan pria secara khusus termasuk urusan reproduksi dan sistem urin pria.

Jika ditanya bentuk terapi apa yang diberikan kepada pasien, tidak ada solusi general, mengingat setiap orang adalah unik, karena itu setiap orang juga harus berproses.

Baca Juga: 6 Kesalahan yang Sering Dilakukan dalam Hubungan Intim, Bahaya Bisa Menghampiri!

“Intinya, solusi bagi mereka adalah menggunakan terapi dan  konseling yang disesuaikan dengan kasus dan jenis masalah yang dihadapi,” jelasnya.

Ia mencontohkan sejumlah terapi yang digunakan antara lain adalah Sensate Focus Therapy atau Emotional Focused Couple Theraphy (EFCT), dan Cognitive Behaviour Theraphy (CBT), yang berbeda klien dan berbeda kasus yang mereka hadapi.

Adapun bentuk homework yang perlu digarap bersama pasangan pasutri misalnya ritual romantic, dan ini berbeda kepada setiap klien, karena setiap orang berbeda treatmentnya.

Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.

Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)