Tips Agar Proses Belajar Anak di Rumah Tak Kaku dan Menyenangkan

By Dionysia Mayang Rintani, Jumat, 10 Desember 2021 | 16:32 WIB
Belajar dari Rumah di Masa Pandemi (ilustrasi) (Istock)

NOVA.id – Semenjak pandemi, kita sebagai orangtua makin ditantang untuk bisa memastikan anak tetap termotivasi dan mampu memahami materi yang sedang diajarkan di sekolahnya.

Tantangan ini semakin berat di masa pandemi, karena proses belajar mengajar yang kehilangan sebagian unsur sosialnya,

Sebuah survei yang dilakukan oleh  KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) tahun lalu menunjukkan bahwa sekitar 76,7% siswa mengaku tidak senang dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), dan 81,8% mengaku proses tersebut menekankan pada pemberian tugas, bukan pada diskusi.

Baca Juga: Tiga Tips Tepat Pilih Aplikasi Belajar untuk Anak Sekolah di Rumah

Sebuah penelitian yang dipublikasikan pada Jurnal Studi Guru dan Pembelajaran Agustus 2021 lalu juga menjelaskan bahwa dalam implementasi PJJ yang sukses banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal, seperti waktu pembelajaran yang fleksibel, presentasi guru yang terbatas interaksinya dan monoton, dan kebingungan siswa atas sistem PJJ yang kian berubah.

Beberapa hal ini akan berpengaruh pada menurunnya motivasi belajar siswa, dan pada akhirnya menyebabkan learning loss atau gagal terbentuknya pengetahuan/pembelajaran baru.

Psikolog anak dan remaja dari PION Clinician, Katarina Ira Puspita, dalam hal ini berpendapat bahwa di masa pandemi ini sistem pembelajaran jarak jauh punya struktur yang kurang jelas dibandingkan di kelas formal.

“Tidak semua keluarga punya area belajar khusus, sehingga anak bisa belajar di mana saja dan sulit menghindari distraksi dari lingkungan sekitar. Hal ini akan mempengaruhi fokus dan konsentrasi serta performa belajar anak,” jelasnya.

Baca Juga: Aplikasi Belajar Online Bantu Ibu Mengajar dan Bantu Anak Belajar

“Absennya elemen sosial membuat proses belajar menjadi kurang menyenangkan. Anak sulit untuk bertanya langsung jika ada hal yang kurang dipahami, karena tidak semua orangtua bisa mendampingi. Sekolah seringkali jadi identik dengan tugas sehingga anak lebih jenuh dan tidak termotivasi.”

Sadar akan tantangan tersebut, platform edukasi teknologi, Zenius, baru-baru ini menghadirkan wadah baru bagi orangtua dan guru untuk membantu si kecil belajar sambil jelajahi dunia pembelajaran virtual melalui ZeniusLand.

Melalui platform ini, anak-anak usia 7 hingga 12 tahun akan bisa belajar bahasa, matematika, dan bidang lainnya berdasarkan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) secara interaktif dan menyenangkan.

Baca Juga: Alternatif Tempat Kerja Aman Selain di Rumah, Bisa Harian Bahkan Menginap

Founder dan Chief Education Officer Zenius, Sabda PS menjelaskan mengapa tim Zenius menekankan pada pengalaman yang fun dalam merancang materi yang diberikan.

“Belajar untuk mencapai target orang tua atau sekolah memang tidak salah, namun motivasi eksternal seperti itu akan lekas menguap begitu target tersebut tercapai. Sehingga, dibutuhkan pengalaman yang memicu emosi positif agar materi mudah dipahami selama mungkin.”

Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Katarina tentang bagaimana menjaga semangat dan motivasi belajar si kecil.

“Orangtua dan guru perlu menciptakan suasana menyenangkan dan membangun emosi positif anak dalam hal belajar. Ini bisa dilakukan dengan memvariasikan kegiatan dalam proses belajar setiap harinya seperti menyelingi penjelasan materi dengan kegiatan,” paparnya.

Baca Juga: Ikut Serta Permudah Belajar dari Rumah di Masa Pandemi, Google Banyak Beri Bantuan untuk Pendidikan Indonesia

Sabda melanjutkan, “Selain itu, berilah anak kesempatan untuk memilih pelajarannya agar mereka semakin semangat. Upayakan agar anak bisa praktek langsung dengan memberikan project yang memicu kreativitasnya.”

“Terakhir, penggunaan media interaktif seperti video atau permainan bisa membuat anak lebih senang dan mau terlibat dalam proses pembelajaran.” 

Beberapa hal tersebut menjadi alasan ZeniusLand untuk fokus menumbuhkan motivasi internal anak dalam belajar.

Materi yang disajikan tidak monoton, melainkan berupa video interaktif yang disajikan dalam bentuk cerita, dan menunjukkan aplikasi nyata berbagai materi pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari.

Baca Juga: Temani Anak Sekolah dari Rumah, Bunga Zainal: Cukup Ganggu Psikologis

Selain itu, penjelasan konsep pelajaran juga dipandu oleh karakter virtual menggemaskan bernama Gika, Aksa, dan Maji dengan cara yang mudah dimengerti anak-anak.

Agar proses belajar dan mengajar tetap menyenangkan, orangtua dan guru bisa memanfaatkan berbagai platform teknologi yang ada.

Menurut penelitian dari Neurosensum Indonesia Februari lalu, 87% anak-anak Indonesia sudah akrab dengan dunia media sosial sebelum menginjak usia 13 tahun - dan platform media sosial yang paling banyak digunakan adalah YouTube (78%).

Sehingga, Zenius juga meluncurkan web series lucu, menghibur, sekaligus mendidik berjudul “Cerita Tiga Sekawan” untuk menambah semangat eksplorasi belajar anak.

Baca Juga: Kabar Baik, Mulai September Siswa akan Dapat Internet Gratis 35 GB dan Guru 42 GB per Bulan dari Pemerintah

 

 

Sejalan dengan hal tersebut, Sabda mengatakan, “Zenius selalu menekankan pentingnya untuk menjadi cerdas, lebih dari sekadar tahu. Cerdas di sini berarti memiliki keterampilan dasar (fundamental skills) yang baik, mulai dari matematika dasar, membaca, dan penalaran ilmiah.”

“Selain itu, kurikulum rancangan kami juga memiliki misi untuk menumbuhkan kecintaan terhadap belajar dalam diri semua orang sejak dini. Ketika orang sudah memiliki kecintaan belajar sejak kecil, mereka akan memiliki kemampuan untuk menyerap konsep pembelajaran dengan mudah.”

ZeniusLand menawarkan konsep belajar yang menarik untuk si kecil, karena materi diberikan melalui permainan dan gambar interaktif.

Baca Juga: Tabloid NOVA Terbaru: Titi Kamal Rela Bikin Lab Mini agar Anak Betah Sekolah dari Rumah hingga Ashanty Beli Mobil Miliaran Rupiah demi Hibur sang Anak Sambung yang Berkonflik dengan Krisdayanti

Anak dapat belajar dengan fun, tidak merasa terbebani, dan belajar menjadi lebih efektif. Proses belajar butuh pengulangan, jika cara dan materinya menyenangkan, maka anak akan terus tertarik.

“Dalam bukunya yang berjudul Research-Based Strategies to Ignite Student Learning: Insights from a Neurologist and Classroom Teacher, Neurolog Judy Willis menunjukkan bagaimana pengalaman menyenangkan meningkatkan kadar dopamin, endorfin, dan oksigen pada otak anak,” jelas Katarina.

Kadar dopamin yang meningkat akan menambah motivasi dan semangat, kadar endorfin yang meningkat bisa menurunkan tingkat stres, dan kadar oksigen yang meningkat bisa memperlancar kerja otak.

Baca Juga: Terpaksa Harus Sekolah dari Rumah, Kisah Sedih Siswi Kelas 5 SD Surati Nadiem Makarim: Ibu Harus Cari Utangan Buat Beli Paket Internet

Pada tahap awal, ZeniusLand telah menghadirkan lebih dari 40 video pembelajaran, lebih dari 200 pertanyaan, dan lebih dari 40 materi pembelajaran interaktif untuk siswa kelas 4-6 SD.

Platform ini telah tersedia di Android, dan akan segera tersedia di iOS. Ke depannya, Zenius juga berencana memperluas jangkauan kurikulum hingga meliputi kelas 1-3 SD.

“Cerdas, cerah, asyik, adalah visi Zenius, di mana kami ingin merangkai anak-anak Indonesia yang cerdas, memiliki fundamental skill yang baik, cerah, memiliki kerangka dalam berpengetahuan, dan asyik, memiliki pemahaman tentang keberagaman pemikiran dan nilai-nilai manusia,” tutup Sabda.

Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.

Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)