Profesor dari Departemen Kedokteran di McGill University, Kanada, Dr Donald C Vinh mengatakan bahwa WHO mencatat varian Omicron memiliki tiga subvarian utama yakni BA.1, BA.2, dan BA.3.
“Sampai sekarang, sebagian besar dari semua kasus Omicron adalah BA.1. Namun di beberapa tempat, BA.2 muncul dan menyebar lebih cepat dari BA.1,” kata Vinh.
Sementara itu, dokter di Johns Hopkins Center for Health Security Dr Amesh A Adalja menduga, subvarian BA.2 lebih menular dibandingkan varian sebelumnya.
Kendati demikian, para ahli masih mengkaji lebih dalam terkait dengan seberapa cepat subvarian dapat menyebar di tengah masyarakat.
“Varian Omicron SARS-CoV-2 menarik bagi para ilmuwan karena jumlah mutasinya yang relatif lebih tinggi, yang memungkinkannya untuk menghindari sebagian dari respons imun," papar Dr Richard Reithinger, wakil presiden kesehatan global di RTI International.
Dia menambahkan, tingkat penularan dan patogenisitas atau kemampuannya menginfeksi serta menyebabkan penyakit lebih tinggi daripada varian virus corona sebelumnya. Namun, kemampuan varian Omicron untuk menyebabkan penyakit parah lebih rendah.
“Pertanyaan untuk varian dan subvarian yang baru diidentifikasi seperti Omicron BA.2 adalah bagaimana ketiga karakteristik di atas berbeda dari (varian) virus SARS-CoV-2 asli atau varian Omicron dan mengapa,” kata Reithinger.
Baca Juga: Covid-19 Varian Omicron Tembus 11 Ribu Kasus, Ahli Epidemiologi: Fenomena Puncak Gunung Es
2. Subvarian BA.2 lebih sulit dideteksi
Sejauh ini para ahli masih mengumpulkan data terkait bagaimana subvarian BA.2 dapat menyebar, tetapi penelitian di laboratorium berhasil menemukan beberapa sifat molekulernya.
“BA.2 tidak memiliki lonjakan mutasi 69-70, tidak menyebabkan kegagalan target gen S, sehingga lebih sulit untuk diidentifikasi pada tes PCR,” ujar asisten profesor kesehatan masyarakat di Penn State College of Medicine, Dr Anna Ssentongo.
“Oleh karena itu, BA.2 dijuluki varian siluman,” sambung dia.