Percaya Mitos, Banyak Orang Jadi Ogah Periksakan Gejala TBC

By Nana Triana, Kamis, 24 Maret 2022 | 12:51 WIB
Meski sama-sama menyerang saluran pernapasan, namun gejala yang ditimbulkan Covid-19 dan TBC memiliki beberapa perbedaan. (Dok. Johnstocker)

NOVA.id - Pandemi Covid-19 membuat masyarakat enggan melakukan pemeriksaan masalah kesehatan ke fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes). Akibatnya, berbagai penyakit yang seharusnya bisa dideteksi secara dini menjadi terlambat ditangani, salah satunya Tuberkulosis (TBC).

TBC merupakan penyakit akibat infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyebabkan dampak buruk bagi paru-paru. Sayangnya, banyak orang dengan gejala penyakit ini tak berani memeriksakan diri ke fasyankes karena takut tertular Covid-19.

Selain itu, orang-orang dengan gejala TBC juga khawatir dianggap terinfeksi Covid-19. Pasalnya, terdapat sejumlah gejala yang mirip antara penyakit tersebut dengan Covid-19. Oleh karena itu, saat ini TBC juga menjadi perhatian khusus di Indonesia.

Baik pasien TBC maupun Covid-19 umumnya mengalami batuk yang disertai dengan demam. Namun, menurut laman Covid19.go.id, terdapat beberapa gejala lain yang membedakan kedua penyakit tersebut.

Gejala batuk yang disebabkan Covid-19 biasanya berupa batuk kering dan berubah menjadi berdahak. Gejala umum lainnya yaitu sakit kepala, nyeri tenggorokan, dan sesak napas. Namun, berbagai gejala tersebut akan mereda setelah diobati selama 14 hari.

Baca Juga: Bukan Batuk Biasa, Kenali Gejala dan Risiko TBC pada Orang Dewasa dan Anak-anak

Sementara itu, gejala  utama TBC yaitu batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan.

Untuk itu, masyarakat tidak perlu khawatir ke fasyankes agar mendapatkan diagnosis yang tepat atas gejala-gejala yang muncul. Terlebih apabila mengalami batuk berdahak yang telah berlangsung sampai 14 hari atau lebih.

Perlu diingat bahwa pengobatan TBC bisa dilakukan ketika pasien sudah mendapatkan pemeriksaan yang tepat. Dengan begitu, pasien TBC dapat melakukan pengobatan yang sesuai dengan resep dan anjuran dokter.

Jangan percaya mitos terkait TBC

Sampai saat ini, masih banyak masyarakat Indonesia percaya mitos mengenai TBC yang membuat pasien mendapat stigma negatif. Salah satunya, mitos yang menyatakan bahwa TBC merupakan penyakit turunan sehingga sulit untuk sembuh.

Informasi tersebut tidaklah benar alias hanya mitos. Melansir laman resmi Kementerian Kesehatan (Kemenkes), penyakit TBC bisa disembuhkan asalkan pasien menjalani pengobatan serta rutin mengonsumsi obat secara teratur.