Devi menyebut, komunitas fandom di ASEAN merupakan bentuk ‘masyarakat ideal’ atau ‘utopia’ di mana semua anggota sejajar.
Tidak ada hirarki, berkomunikasi dengan bebas, tak memandang usia, jenis kelamin, kebangsaan, atau status ekonomi dan sosial.
“Dapat dikatakan, keragaman dan kesetaraan sungguh diwujudkan dalam komunitas ini sehingga terbentuk hubungan dan solidaritas yang murni tanpa untung atau rugi,” kata Devi.
Selain kesetaraan tadi, keunikan fandom lainnya adalah punya kreativitas, mereka bekerja sama merencanakan sesuatu untuk bersenang-senang bersama.
Lalu menganggap fandom sebagai keluarga kedua, membuat mereka saling percaya dan dapat membantu satu sama lain.
Juga memiliki kekuatan kelompok, dengan memanfaatkan kekuatan bersama untuk memberikan pengaruh terhadap kepentingan fandom dan masyarakat.
Serta merasakan sensasi nyata membuat perbedaan di dunia.
Baca Juga: Bak Bidadari, Ribuan Fans Padati Dior Show untuk Lihat Jisoo Blackpink
Bukan Mettaverse
Selain keunikan tadi, fandom bagi masyarakat ASEAN merupakan kebutuhan memiliki hubungan atau bersosialisasi dengan orang lain.
Mereka secara aktif berinteraksi dan berbagi informasi di antara sesama anggota komunitas.
Berbeda dengan masyarakat Jepang yang menggunakan fandom untuk bersenang-senang dan mengatasi rasa kesepian atau stres.