NOVA.id - Demi menunjang tumbuh kembang si kecil, apa pun akan dilakukan oleh orangtua, termasuk kebutuhan bermainnya.
Ya, selain membantu anak menyalurkan energi, mainan juga memiliki manfaat lain seperti mengembangkan kemampuan dasar anak, seperti kognitif, sensorik, motorik, dan kreativitas mereka.
Belum lagi semakin beragamnya jenis mainan yang ada kadang kita dibuat kalap atau lapar mata untuk membelinya.
Tapi apakah Sahabat NOVA tahu, ternyata sebuah penelitian yang pernah dilakukan Universitas Toledo, Ohio, Amerika Serikat, menunjukkan bahwa terlalu banyak memiliki mainan justru berdampak buruk pada kreativitas anak.
Anak-anak yang memiliki banyak mainan akan mudah teralihkan atau kurang fokus serta tidak menikmati waktu main yang berkualitas.
Baca Juga: Gandeng Dokter Anak, Tokopedia Bagikan Tips Meningkatkan Kualitas Pola Asuh
Tapi tenang dulu. Meskipun benar bila banyaknya mainan akan memecah fokus si kecil, bukan berarti hal ini sepenuhnya buruk, kok.
Menurut Tika Bisono, S.Psi, M.Psi.T, Psikolog Anak, sebaliknya, khususnya dengan situasi saat ini di mana banyak anak yang kecanduan gadget, maka memberikan sebanyak mungkin pilihan mainan kepada anak adalah pilihan yang baik.
“Banyak mainan memang fokusnya terbagi-bagi, tapi anak khususnya di bawah tiga tahun itu justru harus sebanyak-banyaknya dia dikenalkan dengan jenis permainan,” kata Tika, saat dihubungi NOVA.
Namun bukan berarti kita harus membeli mainan sebanyak mungkin. Kita bisa mengajak si kecil ke playground, taman bermain, atau mengeksplorasi alam sekitar. Itu sudah termasuk media bermain, lho.
Baca Juga: Tabah Hadapi Ujian, Ridwan Kamil Dinobatkan sebagai Ayah Inspiratif
Melatih Kecerdasan Anak
Lebih lanjut, memberikan banyak pilihan permaianan kepada anak, mampu merangsang kreativitas anak dan juga mengembangkan kecerdasannya.
Kata Tika, “Anak memiliki keingintahuan yang sangat besar, dan itu adalah landasan dari kecerdasan, jadi kalau anak enggak pengin tahu bisa jadi ada yang salah.”
Dengan banyaknya permainan, juga bisa merangsang kaingintahuan si kecil semakin besar, sehingga penting untuk dikenalkan dengan sebanyak mungkin jenis permainan Khususnya di masa golden age, yakni tahapan pertumbuhan dan perkembangan yang paling penting pada masa awalkehidupan anak, usia satu sampai lima tahun.
“Golden age yang semuanya harus tersentuh termasuk fisik, atau kecerdasan kinestetik, mereka harus gerak, olah tulang, olah otot, olah sendi, jadi permainan manjat, tarik, dorong, dan aktivitas fisik lainnya harus ada, yang tentu saja hal itu enggak ditemukan di gadget,” jelas Tika.
Baca Juga: Kembali Beroperasi! Catat Rute Bus Sekolah Gratis di Kota Bandung
Setelah eksplorasi dan rasa penasarannya terjawab, maka si kecil akan memasuki fase berikutnya yakni belajar kategori.
Misal anak jadi bisa membedakan jenis mainan lego, berbulu, berbahan keras, hingga mainan mana yang menggunakan baterai, dan sebagainya.
Bahkan dengan mainan yang banyak, anak juga belajar untuk melakukan manajemen. Sayangnya, kata Tika, banyak orangtua di Indonesia yang beranggapan bahwa anakyang diam adalah anak yang baik.
Sebaliknya, anak yang lincah dianggap kurang baik. Termasuk ketika ia merusak mainannya. Jangan terlalu negatif dengan mainan anak yang cepat rusak dan hancur.
Karena saat ia menghancurkan mainan, sebenarnya anak sedang mengeksplorasi bendabenda tersebut. Kendati begitu kita tetap bisa menuntun si kecil bagaimana menggunakan atau memainkan mainan tersebut dengan baik.
Baca Juga: Viral Pelecehan Seksual Anak, Begini Kiat Aman Jaga si Kecil di Ruang Publik
Tips Penuhi Kebutuhan Main Anak
1. Sesuai dengan usia
Pastikan memilih media dan metode bermain yang sesuai dengan usia anak. Sehingga anak tidak kesulitan, bosan, dan dapat menikmati kegiatan bermain.
2. Selalu baca petunjuk
Layaknya memilih makanan untuk anak, kita wajib membaca petunjuk bermain yang tertera di belakang kemasan mainan anak. Ingat, tidak semua mainan aman untuk semua usia.
3. Bermain seimbang
Pastikan porsi bermain anak seimbang, antara bermain di dalam ruangan dan luar ruangan. Khusus di masa golden age, Tika menyarankan 75 persen porsi bermain dilakukan di luarruangan atau outdor.
Baca Juga: Tiga Generasi Rilis Buku Anti Panik Mengasuh Balita 3-5 Tahun
Sehingga medianya pun bisa lebih luas, tak hanya mainan yang sifatnya non-alami saja. Anakbisa bermain tanah, rumput, dan sebagainya.
“Karena pembelajaran terbesar untuk tumbuh kembang fisik, inteligensi, emosi, psikososial,yang paling kaya adalah bermain di luar ruang. Ini terutama untuk tumbuh kembang fisik, karena perkembangann motorik kasar dan halus harus terjadi,” jelas Tika.
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)