Beberapa di antaranya: metode pembelajaran secara hybrid sehingga membuka kesempatan untuk belajar lebih flexible di luar kampus atau waktu regular, pembaruan dan pengembangan kurikulum berkala secara teratur sesuai dengan perkembangan zaman, dan penambahan program studi baru Cinematography.
Program baru ini menawarkan kurikulum yang menjawab kebutuhan pekerja kreatif yang mempunyai kompetensi profesi yang berlaku di industri film.
Ketua Yayasan Sekolah Tinggi Desain LaSalle, Hariyadi Sukamdani, melihat potensi bisnis yang berkaitan dengan sinematografi sangat luar biasa.
Melihat potensi bisnis yang besar itu, pihaknya akan menambah program studi baru di LaSalle College, yakni sinematografi.
Menurut Hariyadi, niat untuk membuka program studi baru itu sudah ada sejak delapan hingga 10 tahun yang lalu. Tapi, terkendala oleh tidak mudahnya mencari pengajar yang memang ahli di bidang tersebut.
"Kami melihatnya itu, pertama adalah memang kebutuhannya sangat tinggi. Kebutuhan terhadap tenaga yang bekerja di industri perfilman itu memang sangat besar sekali.
Perfilman itu bukan hanya layar lebar ya. Tapi juga berbicara tentang televisi, tentang media sosial dan sebagainya," kata dia.
Baca Juga: Inilah Bahaya Bercinta Setelah Waxing, Kapan Waktu yang Tepat?
Pengalaman LaSalle College Jakarta selama 25 tahun pertama ini cukup dan mampu untuk mendukung kesuksesan program studi Cinematography, karenaprogram-program studi yang ada saat ini dapat diintegrasikan dan berhubungan ke dalam program baru ini, di antaranya: aspek kostum, visual effect/make-up, stage-set, komunikasi visual, media-editing, graphic/image processing, penataan/pengambilan gambar, dan lain-lain.