NOVA.id - Jubir Kemenkes, Dr Muhammad Syahrir pada Sabtu (20/08), mengumumkan kasus cacar monyet pertama di Indonesia.
"Kami ingin meng-update, menginformasikan, sejak diumumkan oleh WHO itu di negara kita, telah melakukan berbagai upaya kewaspadaan edukasi sosialisasi dan bagaimana kesiapan di pintu masuk negara dan kesiapan fasilitas pelayanan kesehatan baik penanganan awal, deteksi, dan bagaimana pengobatan yang dilakukan apabila ada pasien cacar monyet."
"Nah sudah ada 23 kasus yang kita tangani. Melalui berbagai proses PCR-nya negatif sebanyak 22 orang. Dan hari ini pasiennya ada 1 yang terkonfirmasi dari DKI Jakarta seorang laki-laki berumur 27 tahun," ujarnya, seperti diberitakan NOVA, Sabtu (20/08).
Kabar cacar monyet yang mulai masuk Indonesia ini sontak membuat masyarakat khawatir.
Kendati demikian, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan sebuah kabar baik.
Ia menyebut bahwa kebanyakan orang kelahiran 1980 ke bawah memiliki antibodi untuk melawan virus cacar monyet.
Hal ini bukan tanpa alasan, sebab pada periode tersebut mereka telah mendapat vaksinasi cacar air yang berlaku seumur hidup.
"Jadi buat teman-teman yang lahir 1980 ke bawah kayak saya ini, tua-tua itu terproteksi. Mungkin enggak 100 persen, tapi terproteksi," ujarnya, dilansir dari Kompas.com.
Vaksinasi tersebut, katanya, menyebabkan tingkat penyebaran virus cacar monyet di Asia masih sangat rendah dibandingkan di Eropa.
Pasalnya, proses vaksinasi di Eropa tidak dilakukan secara menyeluruh karena penyakit cacar air yang cepat hilang. Berbeda dengan di Asia, khususnya di Indonesia yang berjalan lama sehingga proses vaksinasinya dilakukan secara menyeluruh.
"Orang Indonesia karena dulu karena pandemi cacarnya masih kena, orang-orang kayak saya itu divaksinasi cacar sehingga masih ada antibodinya. Dengan demikian, diharapkan orang-orang yang lahir dibawa 1980 seharusnya masih ada antibodinya," jelasnya.
Baca Juga: Kasus Pertama Cacar Monyet di Indonesia, PB IDI Minta Masyarakat Tetap Tenang dan Tidak Panik