Yayasan Anak Bangsa Bisa Luluskan 1.000 Talenta Teknologi Lewat Generasi GIGIH 2.0

By Ratih, Jumat, 26 Agustus 2022 | 15:01 WIB
Ilustrasi talenta teknologi masa depan (Forbes)

“Para peserta program, atau yang biasa disebut Si GIGIH, turut berkontribusi dalam membawa perubahan kepada UMKM yang menjadi nasabah di platform kami. Ini menjadi bukti dari keberhasilan pelatihan kompetensi teknis backend dan frontend engineer, dan karakter mereka yang kreatif dan bisa beradaptasi dengan cepat,” lanjut Ariyo.

Generasi GIGIH memberikan pelatihan kompetensi teknis fundamental, non-teknis, dan bahasa Inggris, yang didesain oleh para pakar dari industri agar peserta mampu menghadapi tantangan dan membawa perubahan di masa yang akan datang.

Iqbal Farabi, Engineering Manager GoTo Financial dan Master Mentor Generasi GIGIH, menjelaskan bahwa kompetensi teknis yang fundamental akan membantu Si GIGIH untuk beradaptasi dengan cepat dan mudah saat menghadapi teknologi baru.

Ia pun menyatakan keunikan program ini selaras dengan pengalaman pribadi.

“Ketika saya lulus dari jurusan teknik informatika beberapa tahun silam, saya merasa ada gap dari apa yang diajarkan di bangku kuliah dengan yang saya hadapi saat terjun ke industri. Selain kompetensi teknis, cara berpikir yang baru dan kritis, serta kemampuan menyelesaikan masalah sangat diperlukan. Ini didapat Si GIGIH dari proses belajar yang menggunakan metode socratic dan flipped learning,” paparnya.

Generasi GIGIH 2.0 turut meningkatkan inklusi dalam pendidikan teknologi, sebagaimana ditunjukkan dengan proporsi jumlah peserta perempuan yang meningkat menjadi 38%, dan meningkatkan total jumlah peserta sebesar 40% dibandingkan tahun 2021, karena membuka kesempatan lebih besar untuk mahasiswa ataupun lulusan program kejuruan dan universitas yang berlatar belakang pendidikan nonteknologi.

Yayasan Anak Bangsa Bisa (YABB) luluskan 1.000 talenta teknologi lewat Generasi GIGIH 2.0 ()

Gendis Yuanisa, salah satu Si GIGIH yang juga seorang mahasiswi jurusan bisnis internasional di Universitas Padjadjaran menceritakan pengalaman berharga yang ia dapat di sepanjang program. “Meskipun tantangan yang saya hadapi lebih berat karena harus terlebih dahulu mempelajari dasar-dasar IT , namun paket pembelajaran yang diberikan mulai dari self-learning sampai belajar dalam kelas virtual, ditambah bimbingan dari para mentor hebat membuat saya bisa melalui prosesnya," ungkapnya.

“Yang luar biasa dari program ini, setelah proses belajar 3 bulan, kami ditantang mempraktikkan ilmu ke dalam capstone project. Di sini kami melahirkan solusi inovatif untuk menyelesaikan permasalahan sosial dan lingkungan di Indonesia. Sekarang saya sudah menjadi Gendis yang baru, dengan framework pemikiran berbeda, bahkan saya jadi lebih berani berpendapat berkat kepercayaan diri yang meningkat,” tambah Gendis.

Generasi GIGIH 2.0 yang merupakan bagian dari program Kampus Merdeka Studi Independen, telah memberikan 900 jam waktu belajar kepada setiap Si GIGIH berkat dukungan GoAcademy, Tokopedia Academy, Cakap, Kalibrr, Progate, Skilvul, dan Replit.

Setiap pakar teknologi yang tergabung menjadi Kontributor GIGIH telah membimbing selama 225 jam, dan setiap bisnis yang berperan sebagai Mitra Industri Generasi GIGIH telah membagikan ilmu dan pengalaman selama 240 jam.

“Saya sangat mengapresiasi semua mitra Generasi GIGIH 2.0, yang telah berperan dalam mendorong kemajuan bagi para talenta digital unggulan Indonesia. Saya ingin mengajak kita semua untuk terus bekerja sama mendukung percepatan transformasi digital Indonesia. YABB berkomitmen untuk terus meningkatkan angka kemampuan kerja talenta teknologi di Indonesia, dan kami membuka pintu kolaborasi sebesar-besarnya dengan berbagai pihak,” tutup Monica.

Baca Juga: Girls in Tech Scholarsip Jembatani Karier Perempuan di Dunia Digital

Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.

Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)