Kini Fokus Berkarier Sebagai Penyiar Radio hingga MC, Bayu Oktara Mengaku Sering Alami Sakit Tenggorokan hingga Putuskan Berhenti Merokok

By Widyastuti, Minggu, 25 September 2022 | 21:03 WIB
Bayu Oktara Mengaku Sering Alami Sakit Tenggorokan hingga Putuskan Berhenti Merokok (Instagram @bayuoktara)

NOVA.id - Apakah Sahabat NOVA masih ingat Bayu Oktara

Bayu Oktara merupakan public figure yang kini memang sudah jarang tampil di layar kaca. 

Bayu Oktara kini memang lebih fokus menjadi penyiar radio hingga MC. 

Menjadi penyiar radio atau MC, tentu Bayu Oktara harus menjaga kualitas pita suaranya. 

Aktor kelahiran 1978 ini mengakui bahwa dirinya mulai beralih dari rokok ke produk tembakau alternatif di kisaran tahun 2008 lalu.

Saat itu, Bayu ingin berhenti merokok lantaran sering mengalami sakit tenggorokan. Ia juga sering mendapati adanya lendir di tenggorokannya saat bangun pagi.

“Hal-hal ini sangat menggangu kalau saya harus siaran pagi, shooting, dan nge-MC,” ujar Bayu terkait akibat yang ia hadapi ketika merokok.

Bayu juga menyadari bahwa TAR yang terkandung pada asap rokok itu dapat memicu risiko berbagai penyakit berbahaya.

Sebabnya, rokok dibakar sehingga banyak zat berbahaya terkandung dalam asapnya. Hanya saja, ia sering tergoda untuk kembali merokok jika dirinya sedang memiliki waktu senggang, seperti ketika sedang menunggu.

Baca Juga: 5 Tips Menjalin Hubungan agar Kita Menjadi Orang Setia dan Tidak Selingkuh

Oleh karena itu, niat untuk berhenti dari kebiasaan merokok menjadi semakin besar. Hal ini yang mendorongnya untuk beralih ke produk tembakau alternatif, seperti produk tembakau yang dipanaskan dan rokok elektrik.

Ketika beralih, Bayu mulai merasakan berbagai perubahan. “Yang saya rasakan itu saya jadi jarang batuk. Lalu, baju dan tangan saya udah tidak bau lagi, jadi lebih tidak menganggu saat ketemu istri dan anak,” terangnya.

Kendati demikian, ia menekankan sebelum bertemu dengan keluarga, dirinya tetap menerapkan protokol kebersihan dan kesehatan, seperti mencuci tangan dan membersihkan mulut.

Bayu berpendapat edukasi terkait produk tembakau alternatif dan potensi manfaatnya bagi perokok dewasa itu sangat penting.

Namun ia menyadari saat ini edukasi tersebut masih sangat terbatas dan belum masif, sehingga banyak perokok dewasa yang belum memiliki pemahaman yang akurat tentang produk tersebut.

“Saya berharap akan ada lebih banyak edukasi dan kegiatan yang menyuarakan terkait kehadiran produk tembakau alternatif di Indonesia. Selain itu, edukasi dan kegiatan tersebut juga harus melibatkan berbagai pemangku kepentingan, utamanya komunitas agar lebih masif lagi pencapaiannya,” tutup Bayu. (*)