Resesi Menanti? Benahi Pola Pikir Keuangan Agar Tetap Merdeka Finansial

By Siti Sarah Nurhayati, Selasa, 25 Oktober 2022 | 16:03 WIB
Ilustrasi Pintar Atur Uang di tengah resesi (Freepik)

Seperti halnya saat semua teman di lingkunganmu memiliki handphone keluaran terbaru, lalu kamu pun akhirnya ikut membeli handphone keluaran baru tersebut walaupun sebenarnya tidak diperlukan.

Jika kamu serius ingin mencapai target finansialmu, ada baiknya lebih berhemat dan melakukan pengeluaran sesuai kebutuhan agar target finansialmu dapat segera tercapai. Coba evaluasi lagi apakah kamu termasuk dalam kategori orang yang memiliki pola pikir seperti ini?

2. Prioritaskan Kebutuhan Sesaat

Mungkin banyak dari kamu yang masih memiliki pola pikir keuangan seperti ini, di mana kamu lebih memilih untuk memenuhi kebutuhan sesaat yang biasanya bersifat tersier ketimbang berpikir lebih jauh untuk mencapai tujuan jangka panjang.

Seperti membeli pakaian kekinian di saat kamu masih memiliki banyak pakaian di lemari. Atau mencicil gadget terbaru, padahal kamu tidak memerlukannya karena masih ada gadget lama. Untuk dapat mencapai tujuan finansial, memang ada beberapa hal yang harus dikorbankan, salah satunya adalah kepuasan sesaat.

Untuk menghindari hal ini, ada baiknya kamu berpikir 2-3 kali sebelum membeli sesuatu. Selain itu, kamu juga bisa membuat skala prioritas kebutuhan kamu, mana yang memang dibutuhkan saat itu juga dan mana yang masih bisa ditunda, atau mana yang bisa memberikan manfaat jangka panjang dan mana yang tidak.

Dengan begitu, kamu bisa memilah kebutuhan dan lebih bijak dalam melakukan pengeluaran.

Baca Juga: Tips dari OJK Agar Pintar Atur Uang Jelang Resesi Tahun 2023 Mendatang

3. Menyepelekan Nominal Kecil

Salah satu pola pikir yang sering juga terjadi adalah menyepelekan hal-hal atau nominal kecil, seperti membeli jajanan sore atau bahkan biaya admin saat melakukan transfer ke bank lain.

Walaupun nominalnya terlihat kecil, tapi jika sering dilakukan maka akan berdampak besar juga terhadap keuanganmu secara keseluruhan. Misalnya saja, biaya admin transfer bank sebesar Rp6,500 untuk tiap transfer.

Dengan frekuensi transfer 10 kali dalam sebulan, maka kamu sudah mengeluarkan Rp65,000. Bayangkan jika hal ini kamu lakukan selama satu tahun penuh, maka kamu sudah menghabiskan hampir 1 juta hanya untuk membayar biaya admin transfer. Begitu juga dengan pengeluaran jajan dan es kopi yang kamu beli setiap hari.