Wisuda 1.404 Lulusan, Universitas Prasetiya Mulya Dorong Penataan Ulang Mendasar

By Ratih, Jumat, 9 Desember 2022 | 05:00 WIB
Wisuda Universitas Prasetiya Mulya bertema 'Embarking on Fundamental Resetting' yang diselenggarakan secara luring di Jakarta (6/12). (Universitas Prasetiya Mulya)

NOVA.id - Seiring perkembangan dunia, umat manusia mengalami berbagai perubahan episodik yang turut mengubah lanskap kehidupan.

Perubahan ini terjadi di berbagai aspek seperti perubahan iklim, perubahan demografi dengan hadirnya generasi penerus yang kian adaptif dengan kemajuan teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi global ke Asia hingga guncangan alami seperti pandemi Covid-19.

Menyadari fakta ini, Universitas Prasetiya Mulya mengajak para lulusannya untuk mampu berkontribusi dalam penataan ulang yang mendasar sebagai upaya menjawab tantangan perubahan zaman yang semakin pesat, melalui Wisuda 2022 bertema 'Embarking on Fundamental Resetting' yang diselenggarakan secara luring di Jakarta (6/12).

Edwin Soeryadjaya selaku Wakil Ketua Yayasan Prasetiya Mulya mengungkapkan apresiasi dan rasa syukur atas keberhasilan wisudawan dalam menyelesaikan pembelajaran hybrid sebagai langkah adaptif akan perubahan mendasar yang terjadi karena pandemi Covid-19.

"Kemauan dan kesiapan menghadapi pergolakan fundamental menjadi faktor penentu bagaimana umat manusia mampu bertahan hidup mengikuti perkembangan maupun menjawab tantangan perubahan zaman yang semakin pesat."

"Yayasan Prasetiya Mulya melalui layanan pendidikan berkomitmen menjadi solusi dari penataan ulang kehidupan mendasar dengan meningkatkan cakupan jangkauan mutu kolaboratif dan mengedepankan semangat keberagaman demi kemajuan bangsa," jelas Edwin.

Dr. Alexius Darmadi K. selaku Direktur Utama PT Sumi Asih yang berkesempatan menyampaikan pidato ilmiahnya pada wisuda tahun ini menjelaskan bahwa peluang bisnis muncul karena adanya demand.

"Manusia diberkati sumber daya alam yang bisa menjadi supply guna memenuhi kebutuhan pasar, ditopang dengan ilmu dari para pendahulu sehingga mampu menciptakan sebuah inovasi bisnis. Namun, bisnis dan demand terus berkembang sehingga dibutuhkan inovasi lain, yakni bisnis sirkuler," jelas Dr. Alexius.

Dr. Alexius memberi contoh pada 2021, Indonesia menghasilkan 65 juta ton sampah dan lebih dari 50% adalah sampah bersifat organik.

Inovasi bisnis sirkular mengkonversi sampah menjadi sebuah sumber daya baru yang bernilai sehingga memberikan solusi baru bagi perkembangan bisnis.

Inovasi ini pun mampu menyelesaikan berbagai masalah mendasar seperti lingkungan, bahkan pasokan protein dengan harga terjangkau yang bisa berkontribusi pada penurunan angka stunting, termasuk membuka lapangan pekerjaan bagi banyak orang.

Baca Juga: Unik! Universitas Prasetiya Mulya Tanam 1.454 Bibit Mangrove sebagai Rangkaian Kegiatan Wisuda