"Kita tuh selalu menggampangkan sesuatu yang nggak keliatan. Jadi kayak niat tadi, setelah dipikir-pikir, kalau kita nggak punya landasan niat yang kuat, ketika memang lagi ada di tahapan hidup yang baru, menikah dan punya anak misalnya, ini tuh pas lagi goyah kita nggak menemukan alasan untuk kembali ke jalan yang tadinya mau kita jalani karena nggak ada niatnya gitu," katanya.
2. Lebih personal
Tentu, kita sering mendengar konsep less is more dalam menerapkan gaya hidup minimalis.
Hal tersebut lah yang menjadi perhatian Cynthia dalam menerapkan gaya hidup minimalis.
Cynthia menyebut jika "less" dan "more" tersebut bisa menjadi lebih personal agar tujuan tercapai.
"Mungkin sudah ngeh sama kalimat less is more ya. Nah less dan more-nya itu bisa di personalized, misalnya aku mau lebih sedikit belanja impulsif untuk bisa saving nih, saving buat apa? Buat menikah atau buat beli rumah atau untuk pendidikan anak atau segala macem," ujar Cynthia Lestari.
"Jadi less and more-nya itu setiap orang akan berbeda-beda. Sehingga ketika ada orang yang bilang aku lagi mau belajar minimalis, kita nggak bisa samain nih 'ah lo mah kayaknya nggak bisa deh. Barangnya masih banyak banget.' Mungkin emang masih cukup bagi dia, bisa jadi tidak cukup bagi kita. Jadi nggak bisa digeneralisasi," tambahnya lagi.
Baca Juga: Tips Menata Ruang Keluarga yang Minimalis, Hati-hati Pilih Warna Cat!
3. Mengenal rasa cukup
Salah satu hal yang bisa membuat kita "rem" dalam membeli barang adalah mengenal rasa cukup.
"Mengenal rasa cukup dari situ kita mulai punya batasan. Orang yang kenal rasa cukup bisa jadi nggak nerapin minimalis. Tapi, ketika orang udah menerapkan minimalis, sudah pasti harusnya udah mengetahui rasa cukupnya, sudah lebih peka," ujar Cynthia.
"Karena, yang namanya rasa cukup itu, yang bisa merasakan hanya diri kita sendiri. Nggak ada yang bisa deskripsiin," tambahnya.