a. peningkatan kadar testosteron – hormon yang sering dianggap sebagai hormon pria, meskipun semua wanita biasanya memproduksinya dalam jumlah kecil.
b. peningkatan kadar hormon luteinising (LH) – ini merangsang ovulasi, tetapi mungkin memiliki efek abnormal pada ovarium jika kadarnya terlalu tinggi.
c. tingkat rendah globulin pengikat hormon seks (SHBG) – protein dalam darah yang mengikat testosteron dan mengurangi efeknya.
d. peningkatan kadar prolaktin (hanya pada beberapa wanita dengan PCOS) – hormon yang merangsang kelenjar payudara untuk memproduksi susu saat hamil.
Alasan pasti mengapa perubahan hormonal ini terjadi tidak diketahui.
Telah dikemukakan bahwa masalahnya mungkin dimulai di ovarium itu sendiri, di kelenjar lain yang memproduksi hormon ini, atau di bagian otak yang mengontrol produksinya.
3. Genetika
PCOS terkadang berjalan dalam keluarga. Jika ada kerabat, seperti ibu, saudara perempuan atau bibi kita yang menderita PCOS, risiko terjadi PCOS seringkali meningkat.
Ini menunjukkan mungkin ada hubungan genetik dengan PCOS, meskipun gen spesifik yang terkait dengan kondisi tersebut belum teridentifikasi.
Apa gejala PCOS?
Seringkali gejala PCOS hanya ditandai dengan siklus menstruasi tidak teratur. Ya, bukan hanya itu saja yang menjadi gejala PCOS.
Baca Juga: Tanpa Obat, Inilah 8 Cara Menghilangkan Nyeri Haid Secara Alami