Isu Emisi Gas Rumah Kaca Kian Memprihatikan, Pemanfaatan Energi Terbarukan Jadi Solusi

By Annisa Octaviana, Sabtu, 4 Maret 2023 | 12:02 WIB
Seremonial penandatanganan sertifikat REC dari PLN oleh FFI. (Dok. Frisian Flag)

NOVA.id – Masalah lingkungan di Indonesia disebabkan oleh kepadatan penduduk yang tinggi dan pembangunan ekonomi, termasuk polusi udara, kemacetan lalu lintas, dan pengelolaan limbah.

Hal akhirnya berdampak kelestarian lingkungan hingga iklim yang kian memanas.

Selain itu, ada juga isu emisi gas rumah kaca yang memprihatinkan, dimana Indonesia masih mengalami tantangan dalam mengelola pasokan energinya dari sumber terbarukan.

Bisa dikatakan Sertifikat Energi Terbarukan atau Renewable Energy Certificate (REC) adalah bukti penggunaan energi terbarukan dalam rantai produksi dan komitmen turut serta menjaga kelestarian lingkungan hidup.

REC adalah instrumen yang merepresentasikan atribut terbarukan dari setiap MWh listrik yang diproduksi oleh pembangkit listrik terbarukan. Satu unit REC merepresentasikan satu MWh.

Penjualan REC akan mendorong pengembangan pembangkit listrik energi terbarukan di Indonesia.

Menurut catatan PLN, energi yang berasal dari sumber terbarukan akan mendukung pencapaian bauran energi terbarukan sebesar 23 persen pada 2025 dan mendukung target elektrifikasi 100 persen. Transisi ke energi terbarukan juga akan otomatis mengurangi emisi gas rumah kaca.

Hingga September 2022, menurut data Kementerian ESDM angka konsumsi listrik Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara-negara di ASEAN, yaitu sebesar 1.169 kWh/kapita. Sedang rata-rata konsumsi listrik di ASEAN sendiri sebesar 3.672 kWh per kapita.

Masalahnya, sebagian besar (hampir 87 persen) pasokan listrik di Indonesia berasal dari bahan bakar fosil (batubara dan minyak bumi). Konsumsi batubara untuk kelistrikan malah mengalami kenaikan 60 persen pada 2022.

Pemerintah sendiri memasang target net zero emission maksimal pada tahun 2060 dengan beralih dari bahan bakar fosil. Untuk itu, secara bertahap pemerintah melakukan phasing out pembangkit listrik batubara, dan pengembangan EBT. Sebanyak 635 Gigawatt (GW) dari 1.885 TWh kebutuhan listrik di tahun 2060 sepenuhnya akan dipasok melalui pembangkit listrik EBT.

Melihat fenomena ini, PT Frisian Flag Indonesia turut mengukuhkan komitmennya dalam upaya penerapan inisiatif ramah lingkungan dalam rantai produksi melalui pembelian Sertifikat Energi Terbarukan atau Renewable Energy Certificate (REC) dari Perusahaan Listrik Negara (PLN).

Baca Juga: Sambut Hari Perempuan Internasional, Watsons Beri Banyak Kejutan Promo, Simak di Sini!

 

Seremonial penandatanganan sertifikat REC dari PLN oleh FFI dilakukan sambil memperingati Hari Peduli Sampah Nasional yang diperingati setiap tanggal 21 Februari dan tahun ini mengangkat tema “Tuntas Kelola Sampah untuk Kesejahteraan Masyarakat".

Tema ini dimaksudkan untuk menjawab masalah perubahan iklim melalui berbagai upaya menjaga kelestarian lingkungan serta mencapai target net zero emisi gas rumah kaca.

“FFI tidak hanya memiliki visi mewujudkan keluarga Indonesia yang sehat dan kuat melalui produk-produk susu kaya protein hewani untuk menjaga asupan gizi seimbang dan bangun daya tahan tubuh alami, serta menyejahterakan mitra peternak dan UMKM, tapi juga beroperasi selaras dengan alam dengan tujuan melestarikan bumi untuk generasi kini dan nanti.”

“Melalui langkah ini kami ingin mendukung pemangku kepentingan terkait untuk bersama-sama membangun industri susu yang lebih berkelanjutan di Indonesia,” jelas President Director PT Frisian Flag Indonesia Berend Van Wel belum lama ini.

Pembelian REC adalah bagian dari roadmap FFI menuju carbon neutral 2050. Dengan REC, FFI mampu menurunkan emisi CO2 sebanyak 43.987 ton CO2eq/tahun. Sebelumnya, total emisi CO2 yang dihasilkan FFI per tahun adalah 66.760 tCO2eq. Pada 2025, ketika pabrik di Cikarang sepenuhnya mengoperasikan Biomass Boiler, FFI akan mengurangi emisi CO2 sampai 90,5%.

FFI terus mendorong penggunaan energi terbarukan yang sangat berperan dalam memitigasi dampak perubahan iklim. Peningkatan penggunaan energi terbarukan yang bersumber dari alam akan meningkatkan pula upaya mitigasi dalam perubahan iklim akibat penggunaan bahan bakar fosil. (*)