NOVA.id - Drama Korea The Good Bad Mother sedang menjadi sorotan lantaran mengisahkan pola asuh helicopter parenting.
Ra Mi Ran, tokoh utama dalam drakor tersebut rela menjadi figur 'ibu jahat' demi masa depan anaknya, Lee Do Hyun.
Sang anak yang dididik keras sejak kecil untuk menjadi jaksa justru tumbuh menjadi pribadi yang angkuh.
Berangkat dari situ, NOVA kali ini akan menjelaskan dampak atau bahaya helicopter parenting dalam mengasuh anak.
Dikutip dari laman Parents, helicopter parenting mengacu pada pola pengasuhan orangtua yang terlalu fokus pada anak.
Istilah ini pertama kali digunakan dalam buku Dr. Haim Ginott pada tahun 1969 berjudul Between Parent & Teenager.
Bagi anak yang dibesarkan dengan helicopter parenting, mereka menilai orangtuanya "seakan-akan terbang seperti helikopter".
Itu artinya orangtua benar-benar mengawasi segala aspek dalam kehidupan anak dan memberikan larangan-larangan yang sifatnya mengekang.
Menurut psikolog, pola pengasuhan yang demikian sudah berlebihan karena terlalu mengontrol anak.
Alasan awal yang membuat orangtua menerapkan helicopter parenting selalu dimulai dengan niat baik.
Namun, rasa kepedulian yang berlebihan membuat orangtua dan anak tidak menyatu sehingga orangtua tidak memahami apa yang benar-benar dibutuhkan anak.
Pola pengasuhan yang menekankan keterlibatan orangtua memang membawa beberapa manfaat, seperti perasaan cinta, kepercayaan diri, dan kesempatan untuk berkembang.
Meski begitu, satu hal yang perlu diingat anak terkadang dibayang-bayangi rasa takut dan keputusan yang mungkin terjadi.
Bicara dampaknya bagi anak, helicopter parenting bisa menyebabkan beberapa dampak sebagai berikut.
1. Turunnya rasa percaya diri
Masalah utama dari helicopter parenting adalah turunnya rasa percaya diri pada anak karena muncul anggapan bahwa orangtua tidak memercayai buah hatinya.
2. Anak kurang kuat
Kepedulian yang berlebihan dari orangtua membuat anak tidak belajar menghadapi kekecewaan, kegagalan, atau rasa kehilangan.
Di sisi lain, helicopter parenting juga merusak kemampuan anak untuk mengatur emosi dan perilaku, serta menyebabkan perasaan diri dan impulsif yang meningkat.
3. Peningkatan kecemasan
Pengasuhan yang berlebihan -seperti helicopter parenting- dikaitkan dengan tingkat kecemasan dan depresi anak yang lebih tinggi.
4. Orangtua merasa berhak
Anak yang kehidupannya selalu disesuaikan oleh orangtuanya menjadi terbiasa untuk selalu mengikuti apa yang mereka inginkan dan hal ini membuat orangtua merasa berhak.
Baca Juga: Cara Tora Sudiro Nasihati Anak Saat Mabuk Banyak Dikritik, Kenapa?
5. Kurangnya keterampilan hidup anak
Orangtua yang menerapkan helicopter parenting cenderung memberikan banyak bantuan kepada anak.
Mulai dari mengikatkan tali sepatu, membungkuskan makan siang, mencuci pakaian, hingga memantau hasil belajar mereka di sekolah.
Meski hal ini ada baiknya, tapi keterampilan hidup anak menjadi tidak berkembang dan tidak terbiasa melalukan pekerjaan rumah. (*)