NOVA.id - Sebagai orangtua yang memiliki anak dengan usia di bawah 13 tahun, tentu paham bahwa ada batasan-batasan yang perlu diterapkan kepada sang anak.
Terlebih lagi untuk anak dalam usia masa emas (golden age) dari 0 hingga 6 tahun.
Salah satunya adalah soal menonton film dengan rating parents guide alias PG.
Film kartun bahkan memiliki memiliki rating umurnya masing-masing.
Artinya, sebuah film meskipun dikemas dalam bentuk animasi baru boleh disaksikan seseorang dengan usia minimal tertentu.
Seperti misalnya film Tom and Jerry yang memiliki parents guide alias PG dengan minimal usia 8 tahun ke atas.
Baru-baru ini, seorang anak berusia 4 tahun melompat dari lantai 26 menggunakan payung sebagai parasut di China.
Semua itu ia lakukan lantaran mencontoh adegan pada film Tom and Jerry yang ia tonton.
Akibat dari masuknya berbagai informasi yang begitu cepat, akan membuat otak semakin cepat pula memprosesnya.
Melansir Healthline, dengan semakin cepatnya otak memproses informasi yang masuk, justru akan membuat otak melemah karena belum sempat berhasil memproses satu informasi, sudah datang informasi lain lagi.
Di samping itu menurut The Atlantic Daily, anak yang terlalu banyak menghabiskan waktunya untuk menonton layar cenderung tidak lebih bahagia dibandingkan dengan anak-anak yang jarang menonton.
Dari ketidakbahagiaan itulah akhirnya akan memunculkan gangguan mental pada anak.
Baca Juga: Tiru Film Tom and Jerry, Balita 4 Tahun Terjun dari Lantai 26 Pakai Payung Tanpa Pengawasan
Hal ini akan semakin memperburuk kesehatan mental anak jika anak masih dibolehkan untuk menonton flm dengan rating usia yang jauh di atas usianya.
Selain itu, kecanggihan internet, teknologi, dan hadirnya berbagai macam media sosial juga dapat mengakibatkan anak generasi Z mengalami pubertas dini di usia kurang dari 12 tahun.
Sebab, hal itu dipengaruhi oleh produksi hormon dopamin dan melantonin yang berlebih karena pengaruh layar biru yang terdapat pada gawai.
Anak yang terlalu cepat dewasa sebelum waktunya akan cenderung malu untuk melakukan aktivitas yang lazimnya dilakukan anak-anak seusianya.
Akibatnya dia jadi kehilangan masa kecil yang berujung pada anak tidak bahagia.
Seseorang yang masa kecilnya tidak bahagia akan memiliki masalah mental saat dewasa kelak, beberapa di antaranya seperti berikut ini:
- Cenderung berpikir pendek yang membuatnya gegabah dalam mengambil keputusan (impulsif).
- Melakukan hal-hal yang tidak bisa dilakukannya saat kecil dengan mengatasnamakan anak-anaknya.
- Tidak mengenali potensi diri yang sebenarnya karena selalu merasa ada yang ada yang kurang, entah dirinya atau orang lain yang kurang memuaskan baginya.
- Cenderung egois dan melihat suatu hal hanya dari sudut pandangnya sendiri.
Peran orang tua dalam mengawasi tontonan anak Melansir dari laman Paudpedia Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), Rabu (31/05), membagikan informasi mengenai peran orang tua dalam mengawasi tontonan bagi anak mereka.
Ada beberapa cara yang bisa diterapkan agar anak bisa mendapatkan tontonan sesuai usia sekaligus mendatangkan manfaat.
Baca Juga: Film Khanzab, Genre Horor yang Brutal hingga Pemain di Bungkus Kain Kafan
1. Berikan tontanan edukatif untuk anak
Sahabat NOVA bisa memastikan tayangan yang ditonton bukan hanya menghibur tetapi memiliki nilai edukasi untuk perkembangan anak.
Sahabat NOVA perlu memastikan agar tayangan yang ditonton aman untuk anak, karena tidak bisa dipungkiri banyak tayangan yang belum sesuai dengan usia anak.
Tontonan yang tidak sesuai akan menjadi berbahaya terhadap perkembangan anak, terutama dalam pembentukan karakter anak.
2. Berikan tontonan yang sesuai dengan tahapan usia anak
Di dalam gawai, ada banyak sekali video yang bisa ditonton anak.
Dalam hal ini, orangtua perlu mengawasi tontonan anak usia dini.
Hal ini untuk mencegah anak usia dini melihat konten yang tidak sesuai dengan usia mereka.
Sahabat NOVA bisa memberikan tontonan kartun atau animasi yang memiliki pesan-pesan positif untuk anak.
3. Batasi waktu menonton anak
Sahabat NOVA bisa memberikan batas waktu tontonan anak usia dini agar tidak berlebihan.
Jika tidak dibatasi anak menjadi ketergantungan dengan tontonan tersebut sehingga dapat mengganggu kesehatan mata dan perkembangan fisik anak karena jarang beraktivitas.
Baca Juga: Miris! Bayi Perempuan Ditemukan di Warkop Depok, Polisi Kesulitan Cari Orang Tua
4. Memberikan tontonan yang relevan dengan kegiatan sehari-hari
Dengan melihat tontonan yang merujuk dengan kegiatan sehari-hari bisa lebih mudah diterapkan oleh anak.
Kita tidak memberikan tontonan yang dapat membuat anak usia dini menjadi bosan.
Jika anak usia dini sudah mulai bosan membuat semangatnya akan hilang dan anak menjadi lesu.
Sahabat NOVA juga bisa memberikan tontonan yang dapat menumbuhkan semangat dan kenyamanan saat anak menonton tontonan tersebut.
Makin majunya perkembangan teknologi, informasi sangat mudah diakses. Termasuk konten-konten video.
Sahabat NOVA perlu memahami bahwa punya peran penting dalam mengawasi anak agar tayangan yang dilihat anak tidak menggangu proses tumbuh kembangnya. (*)