Ini menunjukan kecintaan pada budaya, menghidupkan dan menanamkan kecintaan budaya pada generasi muda.
“Sekarang pertunjukan sedang surut, karena mereka tidak pernah menonton pertunjukan Sunda. Bagaimana bisa mencintai kalau tidak pernah ada kesempatan untuk nonton. Tidak kenal maka tidak sayang. Jadi harus ada upaya dari pemerintah untuk menggelar pertunjukan untuk generasi muda,” harap Irawati.
Salah satu penari dalam acara Pesona Rampak Tari Merak Sunda adalah Kalya Mahiya Pravina.
Kalya merupakan anggota dari Sanggar Gema Citra Nusantara.
Kalya telah terjun ke dunia tari tradisional sejak usia 9 tahun dan hingga saat ini, ada 13 tarian yang dikuasai Kalya.
Sebut saja Tari Yospan dari Papua, Tari Enggang dari Kalimantan Timur, Tari Kembang Kipas, Tari Lenggang Nyai, Tari Topeng, Tari Kite Satu, Tari Dewangga dari Betawi, lalu Tari Piring dari Sumatera Barat, Tari Marpangir dari Sumatera Utara, Tari Tifa dari Nusa Tenggara Timur, Tari Giring Giring dari Kalimantan Tengah, Tari Ratoh Jaroe dari Aceh, hingga Tari Lancang Kuning dari Riau.
Siswa kelas 8 dari SMP Al-Izhar Pondok Labu ini berkesempatan bersama 50 teman-teman dan kakak-kakak pelatih dari Sanggar Gema Citra Nusantara untuk membawakan Tari Merak karya maestro Irawati Durban.
Secara khusus dalam pementasan tersebut, Kalya tergabung dalam tim Dewi Srikandi 1 yang beranggotan 21 penari.
Istimewanya Kalya merupakan penari termuda dalam tim tersebut.
Dalam pementasan tersebut, ada 2 versi tari merak yang dibawakan yakni tari merak versi utuh dan tari merak sadunia.
Dikatakan Kalya, ia membutuhkan waktu 3 pekan untuk berlatih, hingga bisa tampil siap di acara ini.
Baca Juga: Didik Nini Thowok Hadirkan Opera Klasik dari China Bersama Seniman Asean