Ada pula Gembira Pinem yang mengusahakan produk turunan kelor di Desa Sibedi, Kecamatan Marawola, Kabupaten Sigi. Produknya yang sudah merambah ke Singapura dan Timur Tengah akan makin menyebar dengan kemitraan yang berhasil ia jalin dengan beberapa calon mitra pada pertemuan itu.
“Semoga saja rumah produksi yang sedang dalam pembangunan saat ini sudah bisa selesai dalam waktu dekat sehingga kami bisa lebih leluasa berproduksi,” harap Gembira.
Baca Juga: Festival Lestari 5, Kolaborasi Bangun Ekonomi di Kabupaten Sigi dan Provinsi Sulawesi Tengah
Lahirkan jalinan kemitraan antara pengusaha dan UMKM lokal
Business and Partnership Matching Usaha Lestari juga menjadi ajang bagi para calon mitra dan investor untuk mengenal potensi lokal lebih jauh, terutama di Kabupaten Sigi.
Hal itu diakui oleh beberapa calon mitra yang hadir pada pertemuan itu. Salah satunya adalah Dzulkifli Putra Malawi, salah seorang calon mitra dari Kang Duren.
Dzulkifli mengutarakan bahwa pertemuan ini tidak semata mempertemukan penyedia dan pemakai produk. Produsen, dalam hal ini pelaku UMKM, dapat berbagi informasi sesuai kebutuhan mitra.
“Semisal durian. Sebelum kita bicara bisnisnya, kita harus sepakat dulu dengan kualitas, grade, jumlah dan sebagainya. Kalau semua prasyarat itu bisa dipenuhi, urusan bisnis atau transaksinya sudah gampang,” jelas Dzulfikri.
Bagi pelaku UMKM yang belum atau tidak memenuhi spesifikasi yang diinginkan oleh pasar, lanjutnya, pertemuan itu menjadi sarana untuk melakukan perubahan atau perbaikan-perbaikan sesuai dengan standar pasar.
Hal senada juga dikemukakan Mila, perwakilan dari grup Kopi Tuku di Jakarta. Kehadirannya di Festival Lestari ke-5 itu memang untuk menjajaki kemungkinan bermitra dengan pelaku UMKM yang bergerak di bidang budidaya kopi.
Baca Juga: Berkenalan dengan Desa Wayu, Lokasi Spot Paralayang Terbaik dari Kabupaten Sigi
Pertemuan kemitraan itu dinilainya sebagai langkah maju untuk mendorong peningkatan kapasitas pada pelaku UMKM, terutama yang bervisi terhadap lingkungan.
“Ada cukup banyak UMKM yang bergerak di bisnis kopi ini di Kabupaten Sigi dan dengan keistimewaannya masing-masing. Tapi harus diketahui bahwa selera pasar itu berbeda-beda. Apalagi kopi yang tidak hanya sebagai minuman, tetapi juga sebagai sebuah lifestyle,” sebut Mila.
Maka itu, lanjut Mila, perbedaan selera pasar itu dijawab dengan adanya pertemuan kemitraan ini. Ia bahkan berharap pertemuan seperti ini tidak dilakukan kali ini saja, tetapi berkesinambungan sehingga semangat gotong royong dan restoratif yang didengungkan benar-benar dapat menyentuh hingga ke tingkat tapak.
Di penghujung acara, Wakil Bupati Kabupaten Sigi Samuel Yansen Pongi pun mengumumkan capaian kesepakatan yang diperoleh dalam pertemuan itu. Gemuruh tepuk tangan menggema memenuhi ruangan.
“Hingga selesainya pertemuan kemitraan tadi, nilai kesepakatan kemitraan yang tercapai antara pelaku UMKM dengan calon mitra dan investor mencapai 2 juta dollar AS,” ujar Samuel.