Peristiwa tersebut terjadi di Kelurahan Jatinegara, Cakung, Jakarta Timur pada Senin (4/11/2019).
Sebelum ledakan terjadi, supir truk tinja mengambil koran dan membakarnya, lalu memasukan koran yang terbakar itu ke dalam septic tank.
Ia menduga proses fementasi yang terjadi dalam septic tank tersebut sangat kuat sehingga terbentuklah gas metana dalam jumlah besar.
Asal tahu saja, saat tinja dibuang ke septic tank maka ada proses fermentasi yang terus dilakukan oleh bakteri anaerob, organisme yang dapat hidup tanpa oksigen.
Proses fermentasi itu kemudian menghasilkan apa yang disebut ilmuwan sebagai biogas, gas yang dapat terbakar.
Ini persis dengan gas elpiji yang dihasilkan dari perut bumi.
Sementara, Metana merupakan komponen utama gas alam dan mudah terbakar.
Hanya sekitar lima hingga 15 persen gas metana yang tercampur udara bisa bersifat eksplosif.
Jadi, ketika udara mengandung sekitar 9,5 persen metana atau konsentrasi paling berbahaya, gas tersebut mencapai titik oksidasi sempurna yang bisa menghasilkan air, karbon dioksida dan banyak panas.
Meski tanpa api, proses pembusukan tinja yang menumpuk bisa menyebabkan ledakan di dalam septic tank.
Tinja yang dikeluarkan itu terdiri dari 70 persen air dan 30 persen sisa makanan yang tak dapat dicerna.