“Kalau pakai akrilik akan tahan lama. Jadi pelanggan puas.”
Banyaknya pesanan, tentu membawa konsekuensi tersendiri.
Qhyqi mengaku cukup kerepotan mengerjakannya sendiri, akhirnya pelanggan ada yang komplain.
Biasanya dia hanya sempat mengerjakan sepatu lukis pada malam hari, para pemesan diberi waktu selama 7-10 hari untuk tahap pengerjaan dan pengiriman.
“Kalau lagi banyak pesanan, pernah ‘molor’ hingga 2-3 hari. Mereka langsung komplain. Maklum, pepatah ‘pembeli adalah raja’ memanglah benar, dan selalu aku pegang teguh. Jadi, harus tetap diistimewakan. Yang pasti, hasilnya akan kumaksimalkan agar mereka puas,” tuturnya.
Untuk menjaga kepercayaan pelanggan, akhirnya Qhyqi berinisiatif menggandeng kakak sepupunya untuk membantu produksi sepatu lukis.
Dengan begitu, proses produksi tak lagi telat.
Pembeli Perempuan
Disadari Qhyqi, pembeli Qyuta Lines kebanyakan datang dari kalangan perempuan.
Baik itu mahasiswa, pekerja, sampai ibu muda yang memesan sepatu couple untuk pasangan atau anaknya.
Waktu itu, ia menjual sepatu produksinya dengan harga berkisar Rp140.000-Rp200.000 per pasang.
Baca Juga: Modal Minimalis, Kegiatan Mengisi Waktu Luang Ini Bisa Jadi Sumber Penghasilan Tambahan!
Kalau untuk motif wajah seseorang, harganya naik Rp100.000 karena lebih rumit pembuatannya.
Jika tertarik memesan, cukup melalui akun Instagram @qyutalinessepatulukis saja.
“Sekarang pemasaran sudah mudah, hanya lewat Instagram dan Facebook, semua bisa pesan. Beda dengan dulu, yang hanya dari mulut ke mulut dan lewat pameran saja,” kata Qhyqi.
Meski usaha sampingannya kini bisa jadi penghasilan utama, Qhyqi enggan menyebut besaran pasti omzetnya itu.
“Omzet, sih, standar saja. Yang terpenting, kan, kebutuhan kami terus tercukupi. Dan aku tetap bisa berkarya,” tuturnya sambil tertawa. (*)
(Bagus Septiawan)