Nahas! Balita Saksikan Ayah Bunuh Ibunya, Cara Mengatasi Anak Trauma Karena KDRT

By Rahma, Rabu, 13 September 2023 | 12:32 WIB
Kasus Dugaan KDRT di Serpong yang Menimpa Perempuan Hamil 4 Bulan Bikin Geger (solidcolours)

NOVA.id - Geger pembunuhan seorang istri berinisial M (24) akibat dianiaya suaminya sendiri N (25) di sebuah rumah kontrakan, Cikarang Barat, Bekasi, Jawa Barat.

Pelaku tega menghabisi nyawa istrinya di depan anak-anaknya yang masih balita dengan cara menggorok leher sang istri.

M kerap mengalami tindakan KDRT dari sang suami hingga membuatnya berujung sering meminta cerai.

Bahkan, M sudah melayangkan laporan atas dugaan tindak KDRT ke Polres Metro Bekasi.

"Doain aku dipermudah jadi jendes ya gais wkwk, mudah2an kali ini ga jilat ludah sendiri lagi wkwk jangan takut nikah, emg ini lagi apes aja di aku kwkw, ga cari bener atau salah. Yg jelas KDRT ttp aja gapernah dibenarkan wkwk," ungkap MSD, dalam unggahannya dilansir Youtube BuletiniNews.

Anak kerap kali harus menjadi saksi ketika KDRT terjadi di sebuah keluarga.

Tidak heran lagi jika mereka mengalami trauma akan hal tersebut.

Lantas bagaimana cara mengatasi hal tersebut?

Cara Mengatasi Anak Trauma Melihat KDRT

Psikolog dari Universitas Indonesia (UI), Rosdiana Setyaningrum mengaku, bila anak trauma akan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), maka sebaiknya melakukan terapi.

Tak hanya anak, terapi juga bisa dilakukan oleh orangtua.

Baca Juga: Istri Dirut Taspen Bongkar Kisah Pilu Jadi Korban KDRT: “Saya Hidup dalam Ketakutan Selama Bertahun-Tahun”

"Anak itu sebetulnya kalau melihat saja bisa trauma. Jadi sebenarnya harus kita handle. Kalau anaknya trauma kan harus ada penanganan tuh. Karena kalau kekerasan itu traumanya dalam dan harus ditangani sama profesional," ucap dia melansir laman Antara.

Walaupun trauma anaknya sudah ditangani, tapi KDRT terjadi lagi, maka hal itu percuma saja.

Bahkan, hal itu akan menjadi lebih parah lagi, karena dia merasa KDRT tidak bisa diberhentikan.

"Dan kalau yang diterapi cuma anaknya, nanti dia akan merasa bahwa dia adalah penyebab," tegas dia.

Anak bisa berbahaya bila tidak terapi akibat KDRT Dia mengatakan, jika anak tidak melakukan terapi akibat trauma KDRT, maka bisa berdampak pada kehidupannya saat dewa.

Sebagai contoh, bisa mempengaruhi hubungan asmara mereka pada masa depan.

Meski begitu, kejadian tersebut tidak selalu terjadi.

Itu karena, setiap orang memiliki dampak yang berbeda saat mengalami trauma KDRT.

"Jadi ini tergantung ya kalau mempengaruhi hubungan asmara mereka ketika dewasa. Karena tiap orang itu beda, jadi dampaknya beda setiap orang. Bisa jadi adik dan kakak alami hal sama, tapi dampaknya beda," jelas dia.

Psikolog dari UI, Kasandra Putranto menambahkan, anak yang melihat KDRT setiap harinya, maka bisa mengganggu fisik, mental, dan emosionalnya.

Akhirnya, anak memiliki rasa takut yang berlebihan, kecemasa, dan relasi yang buruk dengan saudara kandung maupun temannya.

Baca Juga: Sakit Hati Lantaran Ekonomi, Motif Suami Bunuh Ibu Hamil 5 Bulan, Sehari-Hari Hidup Pakai Uang Istri

Dengan begitu, sambung dia, akan berpengaruh pada prestasi anak di sekolah.

"Dan juga terbatasnya kemampuan korban solving dan cenderung sikap anak lakukan tindak kekerasan. Itu karena melihat KDRT," tukas dia. (*)