Baca Juga: Jadi Srikandi untuk Negeri, Yoan Taway Ajak Perempuan Kalimantan Bikin Tas “Luxury Craft” Lokal
Tapi belum berhasil.
Hingga akhirnya ia memutuskan fokus dengan produk kebutuhan dapur.
Untuk pemasarannya, Nia memulainya dengan mendekati komunitas fotografi makanan dan langsung mendapatkan respons positif.
Dari foto-foto yang menggunakan produknya itu membuat Dekayu semakin dikenal.
Mindset soal Produk Kayu
Nia bercerita jika pola pikir orang-orang soal produk kayu, menjadi hal yang paling berat saat memulai bisnisnya ini.
Pasalnya saat itu produk kayu sangat identik dengan furniture, pajangan, atau hiasan saja.
Tak banyak orang yang mau menggunakan produk piring, sendok, atau gelas kayu.
Kalaupun memilikinya paling hanya dipajang juga karena khawatir rusak, atau bingung cara merawat produk tersebut.
Pun dari segi pemasaran, perlengkapan dapur kayu ini jarang sekali ikut dipajang sejajar dengan produk sejenis. Kalaupun ada biasanya hanya di tempat oleh-oleh saja.
Kata Nia, “Jadi kita itu ingin produk kita sejajar dan disandingkan dengan produk sejenis, misal piring kayu bisa ikut berjajar di antara produk piring lainya seperti melamin, plastik, yang berbahan bukan kayu. Karena secara fungsi sama. Jadi kita ingin produk kayu ini tidak hanya dijadikan sebagai oleh- oleh saja.”