Mengangkat Tenun Lombok di New York Couture Fashion Week

By nova.id, Jumat, 30 Januari 2015 | 09:20 WIB
Mengangkat Tenun Lombok di New York Couture Fashion Week (nova.id)

TabloidNova.com - Tiga desainer Indonesia: Dian Pelangi, Barli Asmara, dan Zaskia Sungkar, akan menampilkan 45 busana muslim untuk wanita di ajang Couture Fashion Week, New York, di The Crowne Plaza Times Square Manhattan, New York, 14 Februari 2015. Dalam pagelaran tersebut, ketiga desainer akan menampilkan koleksi busana dengan materi kain tenun lombok.

Lalu Gita Aryadi, Ketua Harian Dekranasda Nusa Tenggara Barat, mengungkapkan bahwa masyarakat NTB sangat bangga dan bersyukur karena tenun lombok bisa tampil di ajang fashion internasional seperti Couture Fashion Week.

"Kain tenun bima atau songket bisa bertahan di NTB karena digunakan sebagai kegiatan budaya. Namun sekarang dengan sentuhan desainer, tenun tidak hanya dipakai untuk kegiatan adat budaya saja, tapi juga untuk keseharian. Bisa tampil modis, bahkan bisa go international," ujarnya.

Tenun lombok, menurutnya pantas diperkenalkan secara lebih meluas karena motif-motifnya terus berkembang. Ia berharap tenun songket dari NTB bisa mengikuti perkembangan fashion, sehingga membantu mewujudkan cita-cita menjadikan Indonesia sebagai kiblat fashion muslim pada 2020.

Namun, mengapa ketiga desainer ini mengangkat tenun lombok di Couture Fashion Week? Bukankah Indonesia masih memiliki ragam kain nusantara yang begitu bervariasi?

Barli mengungkapkan, tenun lombok sengaja dipilih untuk meningkatkan daya saingnya dengan kain nusantara lain yang lebih dulu dipopulerkan. Mereka ingin mengangkat kemegahan tenun lombok, dan menciptakan mutual benefit antara perajin tenun dan desainer yang merancang busana dari tenun lombok.

"Perajin itu butuh waktu panjang untuk menenun, pasti ada harapan juga dari mereka bagaimana kalau kain itu diolah para expertise. Sehingga kualitasnya meningkat, kain itu juga bisa menjadi kain taplak, hiasan dinding, dan lain sebagainya," paparnya, saat konferensi pers di Gedung Sapta Pesona, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Kamis (29/1) lalu.

Elemen couture yang menjadi kriteria CFW sendiri terpenuhi dari proses pembuatan kain tenun lombok. Tentu Anda sudah mengetahui bahwa kain tenun dikerjakan melalui proses yang panjang dan rumit.

"Ada history dalam tiap lembar kain yang dihasilkan. Cara pemakaiannya juga harus dipikirkan, misalnya direndam dulu sebelum dibikin baju agar tidak menyusut," lanjutnya.

Ada pun Dian Pelangi mempertimbangkan tenun lombok untuk memenuhi kebutuhan konsumen di Amerika.

"Tepat sekali jika kami memilih tenun lombok, karena teksturnya tebal sehingga sesuai dikenakan saat musim dingin. Selain itu kainnya tidak mudah kusut dan tidak mudah luntur. Karena untuk New York Couture Fashion Week, kualitas bahan harus di atas koleksi ready to wear," tukasnya.

Hal yang sedikit berbeda dengan kain dari Suku Sade di Lombok Tengah. Kain ini lebih cocok untuk pasar Indonesia, karena bahannya tidak terlalu tebal dan tidak mudah kusut.