Sejarah Baju Cheongsam, Busana Nasional yang Mendunia

By nova.id, Rabu, 18 Februari 2015 | 04:54 WIB
Sejarah Baju Cheongsam Busana Nasional yang Mendunia (nova.id)

Tabloidnova.com - Modelnya yang seksi dan anggun disukai tak hanya wanita keturunan Tionghoa. Lihat saja, Nicole Kidman dan Katy Perry pun tampil memukau dibalut cheongsam. Bagaimana sejarah baju cheongsam ini?

Pada masa bangsa Manchu (Dinasti Qing) menguasai Tiongkok, kaum wanitanya biasa mengenakan pakaian yang disebut qipao. Saat kekuasaan bangsa Manchu terguling di tahun 1911, para wanitanya tetap bertahan dengan pakaian qipao yang kemudian kerap disebut cheongsam. Dalam bahasa Kanton, cheongsam berarti pakaian panjang.

Tahun 1920, tradisi memakai busana cheongsam semakin marak di kalangan sosialita dan bangsawan Shanghai. Saat itu cheongsam yang berpotongan tidak terlalu ketat terbuat dari kain sutra Tiongkok berhias sulaman dekoratif pada bagian kerah, lengan, dan ujung busana.

Baju cheongsam sopan ini dinilai sangat nyaman dan mudah dikenakan. Kerahnya yang tinggi dan tertutup, serta bentuknya yang panjang dinilai cocok dengan postur tubuh wanita Tiongkok. Keunikan lainnya, baju cheongsam memiliki kancing di sisi kanan bagian dada dan sedikit belahan di sisi kanan dan kiri sehingga dianggap mampu menonjolkan kecantikan pemakainya.

Karena kepopulerannya, diresmikanlah cheongsam sebagai salah satu busana nasional China pada tahun 1929. Sayang, pada tahun 1950 hingga 1970, terjadi gerakan antitradisi di China yang membuat cheongsam ditinggalkan.

Transformasi Cheongsam

Sejarah baju cheongsam pun menemukan titik tolak saat kondisi politik China baru membaik tahun 1980-an dan keberadaan cheongsam kembali menarik perhatian. Beragam film, kontes kecantikan, hingga fashion show yang dihelat di Tiongkok menampilkan busana cheongsam. Tahun 1984 cheongsam menjadi seragam formal para wanita yang menjadi perwakilan diplomatik.

Bahkan, kala itu tak sedikit perusahaan penerbangan yang mengambil inspirasi cheongsam sebagai seragam para pramugari.

Cheongsam kemudian tampil dalam beragam bahan, seperti lace, satin, brokat, taffeta, hingga bahan katun dan kaus. Kelebihan masing-masing bahan ini membuat cheongsam semakin fleksibel digunakan untuk acara pesta resmi hingga acara santai kasual.

Seiring waktu, cheongsam pun masuk ke dunia Barat. Sedikit demi sedikit cheongsam bertransformasi dari busana yang sedikit longgar dan panjang menjadi semakin ketat memeluk tubuh. Ujung lengan cheongsam juga semakin sempit dan panjangnya semakin variatif, mulai dari sebetis, selutut, atau long dress dengan belahan samping tinggi hingga ke bagian paha.

Sebagai busana yang fashionable, desain cheongsam dipermanis dengan ragam sulaman, mutiara, dan manik-manik. Tak heran para desainer dunia banyak terinspirasi dari busana ini. Hingga, lahirnya model pakaian cheongsam modern yang tak pernah membosankan. Sebut saja desainer Marc Jacobs yang menampilkan koleksi cheongsam dalam peragaan busana Louis Vuitton Spring Summer Collection 2011 yang digelar di Paris, Prancis dan mendapat tanggapan luar biasa dari para pencinta dan pengamat fashion dunia.

Di Indonesia sendiri, cheongsam mendapat tempat istimewa di kalangan para desainer. Biyan Wanaatmadja, Adrian Gan, dan Sebastian Gunawan merupakan tiga dari sekian banyak desainer yang kerap memasukkan unsur tradisi cheongsam dalam karya-karya busananya.