Tabloidnova.com - Untuk mencetak anak Indonesia yang sehat, cerdas dan memiliki daya saing kuat ketika berhadapan dengan anak-anak dari negara lain, yang paling penting dan awal dilakukan, kata guru besar ilmu gizi kesehatan masayarakat Universitas Indonesia, Prof dr Endang L Achadi, MPH Dr PH, adalah pemenuhan nutrisi atau gizi pada anak sejak dini, bahkan saat masih di dalam kandungan.
"Bagi Indonesia, saat ini yang sangat prioritas dalam pemenuhan gizi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) dan pola hidup," ujar Endang.
Mengapa harus memerhatikan pemenuhan gizi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan anak? Endang menjelaskan, "Seribu hari pertama kehidupan ini terdiri dari 270 hari selama kehamilan dan 730 hari pada 2 tahun pertama kehidupan." Penjelasan selanjutnya, Endang menuturkan sebagai berikut:
oPada 8 minggu pertama di dalam kandungan: Terbentuknya cikal bakal janin yang akan berkembang menjadi otak, hati, jantung, ginjal, tulang, tangan atau lengan, kaki, dan organ tubuh lainnya.
oPada 9 minggu hingga lahir: Pertumbuhan dan perkembangan lebih lanjut dari organ tubuh hingga siap untuk hidup di dunia baru, yakni di luar kandungan ibu.
oSetelah lahir: Sebagian organ masih berkembang sampai usia 2 - 3 tahun, misalnya otak.
Mekanisme terjadinya malnutrisi pada 1.000 HPK, Endang memaparkan, dalam istilah medis disebut sebagai konsep Developmental Plasticity. "Artinya, janin memiliki sifat plastisitas (fleksibilitas) pada periode perkembangan. Janin akan menyesuaikan diri dengan apa yang terjadi pada ibunya, termasuk apa yang diasup oleh ibunya selama mengandung. Jika nutrisinya kurang, bayi akan mengurangi sel-sel perkembangan tubuhnya."
Esensi dari developmental plasticity, lanjut Endang, merupakan suatu periode kritis pada saat sistem bersifat plastis dan sensitif terhadap lingkungannya, yang jika nutrisi yang dibutuhkannya tak terpenuhi, maka plastisitas dan kapasitas fungsional yang menetap pada janin akan hilang.
"Sebagian besar organ dan sistem pada anak ini, masa kritisnya adalah pada saat di dalam kandungan. Respons janin terhadap perubahan gizi ibu, melalui mekanisme developmental plasticity, menyebabkan bayi membutuhkan lingkungan yang sama dengan pada saat di dalam kandungan," terang Endang.
Apabila lingkungan pasca-salin berbeda, "Maka akan menyebabkan apa yang disebut sebagai situasi mismatch antara apa yang sudah dipersiapkan oleh janin dalam kandungan untuk menghadapi situasi pasca-salin. Jika ini terjadi, maka akan meningkatkan risiko terjadinya PTM pada bayi saat dewasa kelak," papar Endang.
Oleh karena itu, pemenuhan gizi pada anak di 1000 Hari Pertama Kehidupan menjadi sangat penting. Sebab, kata Endang, jika tidak dipenuhi asupan nutrisinya, maka dampaknya pada perkembangan anak akan bersifat permanen.
Dampaknya bisa berupa jangka pendek dan jangka panjang, sebagai akibat dari gangguan gizi pada masa janin (kehamilan) dan anak usia dini.
"Dampak jangka pendeknya, akan mengganggu perkembangan otak, pertumbuhan, dan metabolic programing. Sementara dampak jangka panjangnya akan memengaruhi tingkat kecerdasan, perkembangan kognitif, pendidikan rendah, stunting (pendek atau sangat pendek), terjangkit penyakit tidak menular (PTM), yakni hipertensi, diabetes, jantung koroner, stroke, dan obesitas."
Intan Y. Septiani