Tabloidnova.com - Yang dimaksud dengan malnutrisi tidak hanya gizi buruk (kurang gizi), melainkan juga bisa akibat kelebihan gizi.
Oleh karena itu, guru besar ilmu gizi kesehatan masayarakat Universitas Indonesia, Prof dr Endang L Achadi, MPH Dr PH, menyatakan, malnutrisi merupakan salah gizi (kekurangan atau kelebihan gizi).
Dan menurut data badan PBB bidang kesehatan, WHO, sebanyak 45 persen kematian anak di seluruh dunia disebabkan masalah malnutrisi atau salah gizi. Penyebab kematian anak yang satu ini, memang perlu diseriusi untuk mendapat jalan keluarnya.
Endang lantas mengatakan, "Begitu pentingnya gizi sebagai sentral dari pembangunan sebuah negara, maka negara-negara yang tergabung dalam PBB, melalui World Health Assembly (WHA), sepakat menentukan 'Pencapaian 6 Indikator Gizi paling penting pada tahun 2025'."
Apa saja indikator pencapaian gizi 2025 ini?
1. Menurunkan Jumlah Anak Stunting (pendek dan sangat pendek) pada balita, sebesar 40%
Sebanyak 37,2 persen (hampir 9 juta) anak balita di Indonesia mengalami stunting (Riskesdas, Kemenkes, 2013). "Stunting dapat sangat berpengaruh pada munculnya hambatan perkembangan kecerdasan anak dan risiko terjangkit penyakit kronis atau penyakit tidak menular (PTM)," terang Endang.
2. Menurunkan Anemia pada Wanita Usia Subur (WUS), sebesar 50%
Sebanyak 22,7 persen (15 juta) WUS usia 15-49 tahun di Indonesia menderita anemia. "Anemia dapat menyebabkan seseorang menjadi kurang produktif. Jika sedang hamil dan mengalami anemia, maka akan mengalami risiko perdarahan, bahkan kematian. Selanjutnya, ibu hamil dengan anemia juga akan melahirkan bayi BBLR (berat badan lahir rendah), dengan risiko bayi anemia usia dini dan IQ rendah."
3. Menurunkan Bayi Lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), sebesar 30%
"Dampak bayi lahir dengan BBLR akan menyebabkan stunting, mengalami hambatan perkembangan kecerdasan, dan terjangkit penyakit kronis atau PTM.
4. Tidak Ada Kenaikan Proporsi Overweight pada Balita
Sebanyak 11,9 persen (sekitar 2,8 juta) anak balita di Indonesia overweight (Riskesdas, Kemenkes, 2013). "Overweight atau obesity pada balita dapat menimbulkan risiko terkena penyakit kronis pada usia dewasa, menghambat produktivitas, dan lain sebagainya.
5. Meningkatkan ASI Eksklusif untuk Bayi 0-6 bulan, sampai 50%
Untuk Inisiasi Menyusu Dini (IMD), Indonesia merupakan 1 dari 3 negara, di antara 37 negara lainnya, yang mempunyai proporsi IMD terendah. "Jika bayi tidak mendapatkan ASI, maka asupan zat gizinya tidak kuat, mudah terkena infeksi, berisiko mengalami stunting, dan sebagainya."
6. Menurunkan & Mempertahankan Wasting pada Balita, menjadi < 5%
Sebanyak 12,1 persen (sekitar 2,9 juta) anak balita di Indoensia mengalami wasting (Riskesdas, Kemenkes, 2013). "Wasting (berat badan menurut tinggi badan kurang) lebih lanjut dapat menyebabkan risiko gizi buruk, risiko mudah terkena infeksi dan akibatnya.
Intan Y. Septiani/Tabloidnova.com