Waspada, Meningitis Paling Berbahaya pada Bayi dan Balita!

By nova.id, Sabtu, 28 Maret 2015 | 10:23 WIB
Waspada Meningitis Paling Berbahaya pada Bayi dan Balita (nova.id)

TabloidNova.com - Sejak kabar Olga Syahputra meninggal akibat penyakit meningitis, Jumat (27/3) lalu, penyakit ini mulai banyak dibicarakan orang, termasuk para netizen di dunia maya.

Selain berakibat sangat fatal pada penderita usia dewasa, sebenarnya penyakit meningitis paling berbahaya pada bayi dan balita. Data WHO menunjukkan, sekitar 1,8 juta bayi dan balita meninggal setiap tahunnya akibat penyakit radang selaput otak yang ditularkan melalui penyebaran virus, bakteri atau jamur itu.

Sementara itu, insiden meningitis yang ditularkan oleh bakteri di negara maju sudah menurun sebagai akibat keberhasilan imunisasi HiB (Haemophilus influenzae tipe B) dan IPD (invasive pneumococcal diseases).

Kejadian meningitis bakterial oleh HiB turun 94 persen, dan insiden penyakit invasif oleh S.pneumoniae menurun dari 51,5 kasus per 100.000 anak usia 1 tahun menjadi 0 kasus setelah menjalankan selama empat tahun program imunisasi IPD.

Sementara di Indonesia, angka meningitis bakteri pada bayi dan balita lebih tinggi dibandingkan negara maju. Padahal, meningitis merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia, tak hanya dalam angka kematian, tapi juga risiko kecacatan yang ditimbulkan setelah kesembuhan.

Infeksi fatal yang diakibatkan meningitis meliputi otak dan sumsum daerah tulang belakang. Bahkan, dengan diagnosis dini dan pengobatan yang dilakukan secara segera, 5 sampai 10 persen dari pasien yang mengalaminya tetap tidak tertolong.

Sebanyak 10 sampai 20 persen pasien yang telah sembuh pun dapat menderita gangguan pendengaran, kerusakan otak, atau gangguan mental. Oleh karena itulah bayi berusia di bawah 2 tahun dianjurkan untuk divaksin meningitis. Apalagi, penyakit ini mudah menular melalui cairan ludah atau ingus, terutama ketika anak-anak mengalami batuk atau bersin, tertawa, atau bicara.

Gejala penyakit meningitis pada anak-anak akan muncul setelah mengalami sejumlah gejala mirip flu, yakni batuk, pilek, dan diare, serta demam tinggi. Maka, waspadai jika bayi tampak lesu, rewel, ada kejang, dan sensitif pada cahaya.

Intan Y. Septiani/KOMPAS