Tabloidnova.com - Sejak beberapa tahun belakangan ini, kegiatan lomba lari berbagai jarak sepertinya masih diminati di Tanah Air. Menurut data nasional, pada tahun 2014 saja terdapat lebih dari 100 acara lomba lari yang digelar di berbagai kota, dengan jumlah peserta ribuan orang.
Antusiasme ini tentu saja sejalan dengan harapan orang-orang zaman sekarang yang makin sadar tentang pentingnya menjalani gaya hidup lebih sehat, salah satunya dengan memasukkan kegiatan olahraga ke dalam keseharian mereka.
Kendati mengikuti lomba lari dapat bermanfaat bagi kesehatan dan menyenangkan dilakukan, namun ketika melakukan olahraga atau kegiatan fisik cukup berat, salah satunya mengikuti lomba lari jarak jauh, yang perlu diwaspadai adalah soal kecukupan cairan dalam tubuh.
Dr dr Ermita Ibrahim Ilyas, MS, AIFO, dalam seminar yang digelar Indonesian Hydration Working Group (IHWG) mengenai "Kenali dan Pahami Overhidrasi" di RS Cipto Mangunkusumo, mengatakan, "Penggantian cairan tubuh sangat penting demi menjaga kinerja seseorang pada saat mengikuti lomba lari, terutama bila berlangsung lebih dari satu jam."
Akan tetapi, lanjut Ermita, meskipun saat berolahraga perlu adanya penggantian cairan, bagi para atlet dan mereka yang hobi olahraga lari, mewaspadai overhidrasi. Apa yang dimaksud dengan overhidrasi atau kelebihan cairan?
"Selama ini banyak informasi beredar, termasuk lewat internet, namun penyampaiannya kurang detail mengenai asupan minuman saat berolahraga. Bahkan ada yang menyebut, minum sebanyak-banyaknya sebelum haus agar terhindar dari dehidrasi. Jika penyampaian infromasi ini tanpa penjelasan lebih lanjut, justru akan menimbulkan bahaya, yakni overhidrasi," papar Ermita.
Pasalnya, ada pula bahaya terlalu banyak minum. dan para pehobi lari ini, sangat berisiko mengalami dampak terlalu banyak minum ini. Tanda-tanda seseorang mengalami overhidrasi di antaranya mual, muntah, dan perut terasa penuh, diiringi sakit kepala atau pusing, serta kedua tangan serta kaki bengkak.
"Pada kasus overghidrasi berat, seseorang dapat mengalami gangguan kesadaran atau gangguannya sudah sampai ke otak, tidak sadarkan diri, bahkan koma dan akhirnya meninggal dunia," terang Ermita.
Intan Y. Septiani