PERBEDAAN AGAMA
Toleransi sepertinya mudah dilakukan orang dewasa, karena kemampuan berpikirnya yang sudah sempurna. Hal terberat justru menjelaskan perbedaan ini pada anak sekaligus memutuskan apakah anak akan dilatih berpuasa atau tidak. Berikut sejumlah saran yang bisa diterapkan:
* Jalani ibadah puasa dengan perasaan ikhlas. Pasangan yang tidak berpuasa bisa menunjukkan toleransi dengan menemani sahur dan berbuka, tidak makan/minum di depan pasangan dan anak yang sedang menjalankan ibadah puasa.
* Buat kesepakatan bersama, apakah anak akan dilatih puasa atau tidak. Jangan memaksakan kehendak masing-masing. Bagaimanapun, masalah sensitif ini akan berdampak besar bagi anak. Pertengkaran orangtua untuk menentukan apakah anak harus berlatih puasa atau tidak hanya akan membuatnya bingung.
* Jika diputuskan anak akan dilatih berpuasa, maka orangtua yang berbeda keyakinan perlu menghormati dan mendukung kegiatan tersebut. Dukungan bisa dilakukan dengan memberi semangat pasangan dan anak untuk bangun sahur, melakukan salat Tarawih, atau sekadar tidak makan/minum di depan anak.
* Secara umum sebaiknya orangtua menjelaskan makna dan manfaat dari kegiatan berpuasa. Hal ini akan menambah wawasan dan pengetahuan anak. Beri kesempatan pada anak untuk melakukan kegiatan keagamaan yang menarik sehingga diharapkan di masa mendatang ia bisa memutuskan keyakinan/agama yang akan dipeluknya secara mantap.
RAWAT SI SAKIT SEPENUH HATI
Salah satu yang mendapat keringanan untuk tidak berpuasa adalah orang sakit. Sakit yang dimaksud di sini tentu saja sakit berat yang tidak memungkinkan seseorang berpuasa karena sedang dalam masa pengobatan. Dibutuhkan kesabaran untuk merawat pasangan yang sedang sakit dengan sepenuh hati. Bagaimapun merawat si sakit saat menjalankan ibadah puasa tentu tidak ringan. Apalagi kalau pasangan yang sakit ini dirawat di rumah sakit. Meski mobilitasnya tinggi, suami/istri yang sedang berpuasa tidak akan kepayahan, selama semua pengorbanan itu dilakukan dengan tulus dan ikhlas.
Sebaliknya, suami/istri yang sedang sakit pun harus sedikit "menahan diri." Memang, merasakan sakit jelas tidak enak. Inginnya ada orang lain yang membantu meringankan bahkan kalau bisa mengurangi rasa sakit. Beri pengertian kalau saat ini sedang dilakukan ibadah puasa. Tentu cukup berat menjalankan keduanya; menahan lapar dan haus, serta merawat si sakit. Belum lagi menahan emosi akibat terlalu dituntut memenuhi ini-itu.
MASA HAMIL DAN MENYUSUI
Selain karena sakit, hamil dan menyusui pun boleh menjadi alasan untuk tidak berpuasa dan menggantinya dengan membayar fidyah. Meski sedang hamil atau menyusui, sebaiknya ibu hamil tetap bertoleransi dengan tidak makan dan minum di depan pasangan. Kalau memang mampu, tak ada salahnya ikut menemani suami bangun sahur. Lakukan aktivitas itu dengan ikhlas, niscaya tidak akan terasa berat.